METODE
PEMBELAJARAN MATEMATIKA
PEMBELAJARAN
BERBASIS PROYEK
Disusun oleh:
Kholida Agustin
|
(09301241011)
|
Siti Nurunniyah
|
(09301241023)
|
Suprihatin
|
(09301241037)
|
Latif Kurniawan
|
(09301241042)
|
JURUSAN
PENDIDIKAN MATEMATIKA
FAKULTAS
MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS
NEGERI YOGYAKARTA
2011
A.
PENDAHULUAN
Berbagai macam
metode belajar yang berkembang di dunia pendidikan memiliki tujuan untuk
membuat kualitas pendidikan semakin baik. Metode pembelajaran konvensional
(teacher center) beralih menjadi student center. Peralihan teacher center ke
student center ini menunjukkan bahwa partisipasi siswa sangat dibutuhkan dalam
pembelajaran. Hal ini lah yang menjadikan metode pembelajaran berbasis student center menjadi marak
dikembangkan di dunia pendidikan Indonesia.
Dalam
proses belajar mengajar dibutuhkan suatu metode yang mampu mendorong siswa
untuk aktif dalam proses pembelajaran. Sealin itu, siswa juga diharapkan mampu
mengaplikasikan matematika dalam lingkungan di luar kelas atau dalam kehidupan
sehari-harinya. Berbagai penelitian menunjukkan bahwa siswa masih mengalamai kesulitan
dalam menerapkan matematika di dalam kehidupan nyatanya. Pembelajaran Berbasis
Proyek (project-based
learning) adalah
metode yang mendorong siswa untuk menjadi lebih aktif dalam kelas dan mampu
menerapkan matematika dalam kehidupan nyatanya. Metode ini membuat siswa
menjadi produktif karena siswa akan bekerja dalam sebuah proyek. Proyek yang
diberikan adalah proyek yang nyata dalam kehidupan sehari-hari. Proyek ini juga
akan menumbuhkan motivasi bagi siswa dalam pembelajaran karena lebih menarik
dan lebih nyata.
B.
SEJARAH
MUNCULNYA PROJECT BASED LEARNING
Munculnya gagasan tentang metode pembelajaran project-based learning diawali dengan adanya metode problem-based learning. Problem-based learning sendiri berawal
dari fenomena di lapangan yaitu banyak dari lulusan pendidikan medis
(kedokteran) yang memiliki pengetahuan faktual dan akademik tinggi namun tidak
mampu menerapkan pengetahuannya dalam penanganan pasien sungguhan. Problem-Based Learning (PBL)
dikembangkan pada akhir 1960-an untuk tujuan utama yakni digunakan untuk
pelatihan dokter di Universitas McMaster di Ontario, Kanada (Suzanne Florin,
2010). Setelah mengkaji tentang pendidikan yang dilakukan terhadap calon tenaga
medis maka dikembangkan suatu program pembelajaran yang menempatkan calon
tenaga medis ke dalam situasi simulatif yang dikenal dengan problem based learning.
Berdasar dari fenomena dalam dunia medis tersebut kemudian penggunaan
pendekatan problem based learning mulai
diadaptasi menjadi model project based
learning dalam pendidikan yang mencetak tenaga-tenaga praktisi.
Perbedaannya terletak pada objek. Kalau dalam problem-based learning pembelajar lebih didorong dalam kegiatan
yang memerlukan perumusan masalah, pengumpulan data, dan analisis data
(berhubungan dengan proses diagnosis pasien); maka dalam project-based learning pembelajar lebih didorong pada kegiatan
desain: merumuskan tindakan, merancang tindakan, mengkalkulasi kemungkinan tiap
tindakan, melaksanakan pekerjaan/tindakan, dan mengevaluasi hasil. (Waras
Khamdi, 2007). Proyek sebagai sebuah metodologi pembelajaran bukan hal baru di
Amerika, di Amerika hal tersebut dipelopori oleh John Dewey (Daniel
K. Schneider, 2005). John Dewey telah mengemukakan bahwa belajar
bergantung pada pengalaman, minat siswa, dan topik yang
terintegrasi/saling terkait satu sama lain. Oleh karena itu belajar harus
bersifat aktif, melibatan siswa secara langsung, dan pembelajaran
yang berpusat pada siswa. Kesadaran sosial menjadi tujuan dari semua
pendidikan. Hal ini terlihat dalam penelitian tentang pembelajaran
berbasis masalah dalam bidang medis,
sebuah pelopor penting dari project
based learning ( Howard Health & Life
Sciences High School). "Learning by doing" adalah sebuah tradisi
lama dalam pendidikan Amerika. Akar berdirinya project-based learning di Amerika berawal dari tradisi tersebut walaupun tak dapat
dipungkiri bahwa problem-based learning dalam bidang medis menjadi pelopor munculnya project-based learning di Amerika.
Selain
fenomena dalam hal medis di atas faktor kedua munculnya projec- based learning di Amerika adalah dunia yang telah berubah (Buck
Institute for Education). Hampir semua guru memahami bagaimana
budaya industri/industrialisasi telah mengubah tatanan
masyarakat dan mereka mengakui bahwa sekolah-sekolah sekarang
harus beradaptasi dengan abad baru. Sudah jelas
bahwa anak-anak membutuhkan kedua pengetahuan dan
keterampilan untuk bersaing di era baru ini. Kebutuhan ini tidak
hanya didorong oleh permintaan tenaga kerja dengan kinerja
tinggi yang dapat merencanakan, berkolaborasi, dan berkomunikasi
dengan baik, tetapi juga memiliki tanggung jawab sipil dan
menguasai peran baru mereka sebagai warga negara global.
C.
PENGERTIAN PROJECT-BASED LEARNING
Tidak ada suatu definisi/pengertian resmi untuk menjelaskan
tentang Project-Based Learning, namun
beberapa pihak memberikan definisi mereka masing-masing diantaranya (Buck
Institute for Education; Daniel K. Schneider, 2005; Yudi Purnawan, 2007) :
1.
Buck
Institute for Education
Project-Based Learning adalah suatu metode pembelajaran sistematis yang melibatkan
siswa dalam belajar ilmu pengetahuan dan keterampilan melalui proses
penyelidikan terhadap masalah-masalah nyata dan pembuatan berbagai karya atau
tugas yang dirancang secara hati-hati.
2.
Moursund,
J. W. Thomas, dkk.
Project-based
learning adalah model
pengajaran dan pembelajaran yang menekankan pembelajaran yang
berpusat pada siswa dengan memberikan suatu proyek. Hal ini memungkinkan
siswa untuk bekerja secara mandiri untuk membangun pembelajarannya sendiri dan
kemudian akan mencapai puncaknya dalam suatu hasil yang realistis seperti karya
yang dihasilkan siswa sendiri. Lebih khusus lagi project-based learning dapat didefinisikan sebagai berikut:
a.
Fokus
pada konsep-konsep utama dari suatu materi
b.
Melibatkan pengalaman
belajar yang melibatkan siswa dalam persoalan kompleks namun
realistik yang membuat mereka mengembangkan dan menerapkan
keterampilan dan pengetahuan yang mereka miliki
c.
Pembelajaran yang
menuntut siswa untuk mencari berbagai sumber informasi dalam
rangka memecahkan masalah
d.
Pengalaman
siswa belajar untuk mengelola dan mengalokasikan sumber daya
seperti waktu dan bahan
3.
John
Thomas
Project-based learning adalah pembelajaran yang memerlukan tugas-tugas
kompleks, didasarkan pada pertanyaan/masalah menantang, yang
melibatkan siswa dalam mendesain, memecahan masalah,
membuat keputusan, atau kegiatan investigasi, memberikan
siswa kesempatan untuk bekerja secara mandiri selama
periode yang lama, dan berujung pada realistis produk
atau presentasi.
4.
Ronald
Marx
Project-based learning sering kali memiliki ‘pertanyaan pendorong’ meliputi hal-hal
pokok/konsep yang bermula dari masalah di dunia nyata; penyelidikan dan karya
yang memungkinkan siswa belajar suatu konsep, penerapan informasi, dan
mempresentasikan pengetahuannya dalam berbagai cara; kolaborasi antara siswa,
guru dan anggota masyarakat sehingga siswa dapat belajar dari satu sama lain,
dan penggunaan alat-alat yang membantu siswa mempresentasikan ide dengan
teknologi.
5.
University of
Nottingham
Project-based learning adalah metoda pengajaran sistematik yang mengikutsertakan
pelajar ke dalam pembelajaran pengetahuan dan keahlian yang kompleks,
pertanyaan authentic dan perancangan produk dan
tugas.
6.
B
Barron
Project-based learning adalah pendekatan cara pembelajaran secara konstruktif untuk
pendalaman pembelajaran dengan pendekatan berbasis riset terhadap permasalahan
dan pertanyaan yang berbobot, nyata dan relevan bagi kehidupannya.
7.
Blumenfeld
dkk.
Project-based learning adalah pendekatan komprehensif untuk pengajaran dan
pembelajaran yang dirancang agar pelajar melakukan riset terhadap permasalahan
nyata.
8.
Boud
& Felleti
Project-based learning adalah cara yang konstruktif dalam pembelajaran menggunakan
permasalahan sebagai stimulus dan berfokus kepada aktifitas
pelajar.
D.
KOMPONEN PROJECT-BASED
LEARNING
Langkah-langkah
pengembangan pembelajaran berbasis proyek melibatkan enam komponen utama yaitu
:
1.
Keautentikan (authenticity)
Proyek yang yang akan
dikerjakan siswa berhubungan
dengan masalah dunia nyata. Ciri-ciri proyek yang menampilkan keautentikan,
yaitu :
a. Mengatasi
masalah atau pertanyaan yang memiliki arti bagi siswa
b. Melibatkan
masalah atau pertanyaan yang benar-benar
dialami di dunia nyata
c. Meminta
siswa untuk menghasilkan sesuatu yang memiliki nilai pribadi dan atau sosial di
luar kelas
Dalam
merancang proyek yang autentik, diperlukan penggunaaan masalah yang benar-benar
ada dalam dunia nyata, misalnya berkaitan dengan isu-isu yang sedang terjadi
yang relevan dengan keadaan sekarang
sehinggan pembelajaran yang terjadi dapat bermakna, konstektual dan
mengesankan.
2.
Ketaatan terhadap nilai akademik (academic rigor)
Di sini, siswa menghadapi
tantangan yang benar-benar melibatkan pikiran mereka. Dalam mengerjakan sebuah
proyek, siswa
ditantang untk menggunakan metode penyelidikan untuk satu disiplin ilmu atau
lebih (seperti seorang sejarawan, ilmuwan, investor dan lain-lain).
3.
Hubungan dengan pakar (adult/expert
relationship)
Kekuatan pembelajaran
berbasis proyek terletak pada keterlibatan pakar (orang ahli) yang ada di luar kelas. Siswa dapat berelasi
dengan pakar yang berkaitan dengan proyek yang akan diselesaikan.
Dalam hal ini, siswa diberi
kesempatan untuk bekerja sama dengan sedikitnya satu orang dewasa (pakar) untuk
memberi pengarahan ataupun
untuk memberikan penilaian karya siswa.
4.
Aktif meneliti (active exploration)
Pemberian proyek yang
besar akan membuat siswa untuk lebih aktif melakukan penelitian. Guru sebaiknya memberikan waktu yang cukup
kepada siswa untuk melakukan pekerjaan berbasis lapangan. Siswa dapat
menggunakan metode, media dan sumber-sumber dalam melakukan penyelidikan. Pada
akhirnya, siswa dapat mengkomunikasikan apa yang mereka pelajari melalui
kegiatan pameran formal. Proyek
yang bagus dapat mendorong siswa untuk aktif dalam penelitian, mengeksplorasi,
menganalisis serta menyajikan hasil proyek.
5.
Belajar pada dunia
nyata (applied learning)
Siswa dilatih untuk menyelesaikan
masalah-masalah dunia nyata dengan pendekatan stuktur dan terencana. Siswa dilatih untuk
mengembangkan kemampuan yang dibutuhkan dalam lapangan pekerjaan.
6.
Penilaian (assessment)
Siswa diberi kesempatan
untuk menerima feedback (umpan balik) yang
berkualitas selama dan setelah pengerjaan proyek. Umpan balik formatif dapat
diberikan oleh teman sebaya ataupun dari guru. Pada akhir proyek, evaluasi
sumatif dari produk dan penampilan siswa diberikan oleh guru dan orang dewasa
lain (pakar) yang menilai pekerjaan siswa dalam kaitannya dengan indikator
kualitas yang telah ditentukan.
E.
IMPLEMENTASI PROJECT-BASED
LEARNING
Implementasi model project-based learning mengikuti lima langkah utama, sebagai berikut:
1. Menetapkan
tema proyek. Tema proyek hendaknya memenuhi indikator-indikator berikut: (a)
memuat gagasan umum dan orisinil, (b) penting dan menarik, (c) mendeskripsikan
masalah kompleks, (d) mencerminkan hubungan berbagai gagasan, (e) mengutamakan
pemecahan masalah.
2. Menetapkan
konteks belajar. Konteks belajar hendaknya memenuhi indikator-indikator
berikut: (a) Pertanyaan-pertanyaan proyek mempersoalkan masalah dunia nyata,
(b) mengutamakan otonomi siswa, (c) Melakukan inquiry dalam konteks masyarakat,
(d) Siswa mampu mengelola waktu secara efektif dan efesien, (e) Siswa belajar
penuh dengan kontrol diri, (f) Mensimulasikan kerja secara profesional.
3. Merencanakan
aktivitas-aktivitas. Pengalaman belajar terkait dengan merenca-nakan proyek
adalah sebagai berikut: (a) membaca, (b) meneliti, (c) observasi, (d) interviu,
(e) merekam, (f) mengunjungi objek yang berkaitan dengan proyek, (g) akses
internet.
4. Memproses
aktivitas-aktivitas. Indikator-indikator memeroses aktivitas meliputi antara
lain: (a) membuat sketsa, (b) melukiskan analisa, (3) menghitung , (d)
mengenerate, (e) mengembangkan prototipe.
5. Penerapan
aktivitas-aktivitas untuk menyelesaikan proyek. Langkah-langkah yang dilakukan,
adalah: (a) mencoba mengerjakan proyek berdasarkan sketsa, (b) menguji
langkah-langkah yang telah dikerjakan dan hasil yang diperoleh, (c)
mengevaluasi hasil yang telah diperoleh, (d) merevisi hasil yang telah
diperoleh, (e) melakukan daur ulang proyek yang lain, (f) mengklasifikasi hasil
terbaik.
Pembelajaran ini
menerapkan pembelajaran integrated learning model. Hanya tambahannya, siswa
harus mempunyai satu proyek (satu topik bahasan yang penulisannya pada sebuah
produk, misalnya power point, poster, media cetak, dan lain-lain, dan produk itu nantinya akan
dipresentasikan) Adapun langkah-langkah pembelajaran
sebagai berikut:
1. Memaparkan
judul/topik proyek yang akan dibahas
2. Judul
ini adalah suatu tema yang menarik dan kontekstual, yang di dalamnya akan
didalami dengan multidisipliner dalam satu kurikulum pertingkat jenjang kelas.
Misalnya, Judul Proyek: Merancang Tempat Bermain. Tentukan permasalahannya
dengan pertanyaan dasar untuk seluruh desain dari proyek ini. Misalnya dalam
proyek tempat bermain, Bagaimanakah menciptakan peta untuk mengukur? Apa cara
terbaik untuk menyajikan data pada suatu survai? Bagaimama membuat pengukuran
akurat?
3. Tinjau
proyek dari berbagai kompetensi dasar yang hendak dicapai
4. Lihat
kurikulum. Pelajaran apa saja yang bisa diintegrasikan. Ambil KD dan
Indikatornya. Misal Pelajaran fisika, Pelajaran Bahasa Indonesia dipakai untuk
membuat laporan setelah melakukan pengamatan
5. Bagi
siswa ke dalam kelompok kecil (maksimal per kelompok 5 orang)
6. Minta
mereka untuk mencari data/bahan presentasi di berbagai sumber, misal buku,
internet, majalah, wawancara dengan orang, dll.
7. Buat
rubrik penilaiannya untuk tiap matapelajaran yang diintegrasikannya. Rubrik ini
dibuat oleh guru bidang studi yang diintegrasikan dalam proyek.
8. Kelompok
akan menyusun laporannya di power point.
9. Dalam
hal ini, siswa dalam kelompok akan menerapkan metode inquery, mereka akan
saling berdiskusi menjawab pertanyaan dasar. Di akhir presentasi dalam produk
dicantumkan sebuah kesimpulan jawaban pertanyaan dasar setelah dilihat dari
berbagai multidisiplin. Guru bidang studi yang diintegrasikan berfungsi sebagai
fasilitator, membantu kelompok bila kelompok menemui kesulitan.
10. Buat
deadline waktu pengerjaannya. Kapan dimulai, kapan presentasi.
11. Presentasi
produk. Penilaian berdasarkan rubrik yang telah disepakati oleh siswa
Terdapat
berbagai variasi tipe proyek yang dapat
digunakan guru dalam pembelajaran matematika berbasis proyek. Beberapa
guru memberikan skenario sebagai pembuka proyek dan siswa mempunyai peran
sebagai seseorang yang bekerja di proyek. Beberapa contoh proyek yang bisa
diberikan:
1. Pada
materi geometri, siswa mengambil peran sebagai arsitek dan designer sebuah pust
perbelanjaan. Siswa meneliti desain sebuah bangun yang dapat menampung secara
maksimal berbagai ukuran dari berbagai toko yang ada di dalamnya. Pada akhir
proyek dapat berupa brosur, poster, atau power point yang mempresentasikan
hasil penelitian mereka. Presentasi ini disaksikan siswa lain yang berperan
sebagai petugas tata kota.
2. Pada
materi aljabar atau trigonometri, siswa bertindak sebagai sejarahwan yang
meneliti kisah hidup matematikawan. Siswa dapat mempresentasikan kontribusi
yang disumbangkan oleh matematikawan tersebut dalam bentuk Power Point.
3. Pada
pembelajaran trigonometri, siswa dapat berperan sebagai seorang penerima
beasiswa yang sedang melakukan penelitian mengenai pembuktian Teorema
Phytagoras. Pada akhir pembelajaran, hasil penelitian dapat berisi formula yang
relevan dan grafik-grafik yang menggambarkan teorema.
4. Pada
materi statistik, siswa dapat berperan sebagai statistikawan yang sedang
meneliti tren populasi di kawasan suatu wilayah, negara atau dunia. Pada akhir
pembelajaran siswa dapat mempresentasikan hasil yang berupa grafik ataupun
tabel.
F.
KELEBIHAN
DAN KEKURANGAN PROJECT-BASED LEARNING
Keuntungan Pembelajaran Berbasis Proyek (Project
Based Learning) antara lain:
1.
Meningkatkan motivasi
belajar peserta didik untuk belajar, mendorong kemampuan mereka
untuk melakukan pekerjaan penting, dan mereka perlu untuk dihargai.
2.
Meningkatkan kemampuan
pemecahan masalah.
Membuat siswa menjadi lebih aktif dan berhasil
memecahkan problem-problem yang kompleks.
3.
Meningkatkan
kolaborasi.
Pentingnya kerja kelompok dalam proyek adalah mendorong siswa untuk mengembangkan dan
mempraktikkan keterampilan komunikasi. Kelompok kerja kooperatif, evaluasi
siswa, pertukaran informasi online adalah aspek-aspek kolaboratif dari sebuah
proyek. Teori-teori kognitif yang baru dan konstruktivistik menegaskan bahwa
belajar adalah fenomena sosial, dan bahwa siswa akan belajar lebih di dalam
lingkungan kolaboratif.
4.
Meningkatkan keterampilan
mengelola sumber.
Bagian dari menjadi siswa yang independen adalah
bertanggungjawab untuk menyelesaikan tugas yang kompleks. Pembelajaran Berbais
Proyek yang diimplementasikan secara baik memberikan kepada siswa pembelajaran
dan praktik dalam mengorganisasi proyek, dan membuat alokasi waktu dan
sumber-sumber lain seperti perlengkapan untuk menyelesaikan tugas.
5.
Pendekatan proyek menyediakan pengalaman belajar yang melibatkan peserta
didik secara kompleks dan dirancang untuk berkembang sesuai dunia nyata.
6.
PBL melibatkan
para peserta didik untuk belajar mengambil informasi dan menunjukkan
pengetahuan yang dimiliki, kemudian diimplementasikan dengan dunia nyata.
7.
PBL membuat suasana
belajar menjadi menyenangkan, sehingga peserta didik maupun pendidik menikmati
proses pembelajaran.
Kelemahan
Project-Based Learning
1.
Memerlukan banyak waktu
yang harus diselesaikan untuk menyelesaikan masalah.
2.
Membutuhkan biaya yang
cukup banyak
3.
Banyak instruktur yang
merasa nyaman dengan kelas tradisional, di mana instruktur memegang peran utama
di kelas.
4.
Banyaknya peralatan
yang harus disediakan.
5.
Beberapa siswa yang memiliki kelemahan dalam percobaan dan
pengumpulan informasi akan mengalami kesulitan.
6.
Ada kemungkinan siswa yang kurang aktif dalam kerja kelompok.
7.
Ketika topik yang
diberikan kepada masing-masing kelompok berbeda, dikhawatirkan siswa tidak bisa
memahami topik secara keseluruhan
Untuk mengatasi kelemahan dari
pembelajaran berbasis proyek di atas seorang pendidik harus dapat mengatasi
dengan cara memfasilitasi peserta didik dalam menghadapi masalah, membatasi
waktu peserta didik dalam menyelesaikan proyek, meminimalis dan menyediakan
peralatan yang sederhana yang terdapat di lingkungan sekitar, memilih lokasi
penelitian yang mudah dijangkau sehingga tidak membutuhkan banyak waktu dan
biaya menciptakan suasana pembelajaran yang menyenangkan sehingga instruktur
dan peserta didik merasa nyaman dalam proses pembelajaran.
DAFTAR PUSTAKA
Admin. Metode
Pembelajaran Berbasis Proyek (Project
Based Learning) [online]. Diakses di http://digilib.sunan-ampel.ac.id/files/disk1/151/hubptain-gdl-ellyikasus-7509-3-babii.pdf (17 Oktober 2011)
Buck
Institute for Education. Introduction to
Project Based Learning. [Online]. Diakses di http://www.bie.org/images/uploads/general/20fa7d42c216e2ec171a212e97fd4a9e.pdf
(18 Oktober 2011)
Daniel K. Schneider. 2005. Project-based learning. [Online]. Diakses di http://edutechwiki.unige.ch/en/Project-based_learning
(18 Oktober 2011)
Florin,
Suzanne. 2010. The Success of Project
Based Learning. [Online]. Diakses di http://www.brighthub.com/education/k-12/articles/90553.aspx
(18 Oktober 2011)
Peter Westwood. 2008. What Teachers Need to Know about Teaching
Methods. Victoria: ACER Press
Sugeng. Pembelajaran Kontruksivisme melalui Pemeblajaran Berbasis Proyek.
[online]. Diakses
di https://4564690299957953740-a-1802744773732722657-s-sites.googlegroups.com/site/jurnalfortuna/home/artikel/8.Sugeng.pdf?attachauth=ANoY7cp03uDleQZG8WCoR0ddWOqE3H-BjndLkBQ1DByVKCiUidYGjyPeuMYQkz3uJRjIrK3MDwnVuGiRBokTpvelaXS4rggCqycJB0ppOOFKeNlQ5wG11vuI5rV0meD4ZI9LBOK7vEJ5oYnA7RNEu_nKozC2XkWOIAkz6XEhvQ5CY17dauQ9vpJmY2wpbPI7DTtS8ujCTwhmDi08z6BNPSeSD2C74C2EFg%3D%3D&attredirects=0
(10 Oktober 2011)
Waras Khamdi. 2007. Pembelajaran Berbasis Proyek: Model Potensial untuk Peningkatan Mutu
Pembelajaran. [online]. Diakses di http://lubisgrafura.wordpress.com/2007/09/23/pembelajaran-berbasis-proyek-model-potensial-untuk-peningkatan-mutu-pembelajaran/ (2 Oktober 2011)
Yudi
Purnawan. 2007. Pengenalan PBL
(Pembelajaran Berbasis Proyek). [Online]. Diakses di http://yudipurnawan.wordpress.com/2007/11/17/pengenalan-pbl/
(18 Oktober 2011)
No comments:
Post a Comment