Animated Text

Friday 2 December 2011

PEMBELAJARAN BERBASIS PROYEK


METODE PEMBELAJARAN MATEMATIKA
PEMBELAJARAN BERBASIS PROYEK

Disusun oleh:
Kholida Agustin
(09301241011)
Siti Nurunniyah
(09301241023)
Suprihatin
(09301241037)
Latif Kurniawan
(09301241042)

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
2011


A.           PENDAHULUAN
Berbagai macam metode belajar yang berkembang di dunia pendidikan memiliki tujuan untuk membuat kualitas pendidikan semakin baik. Metode pembelajaran konvensional (teacher center) beralih menjadi student center. Peralihan teacher center ke student center ini menunjukkan bahwa partisipasi siswa sangat dibutuhkan dalam pembelajaran. Hal ini lah yang menjadikan metode pembelajaran berbasis student center menjadi marak dikembangkan di dunia pendidikan Indonesia.
Dalam proses belajar mengajar dibutuhkan suatu metode yang mampu mendorong siswa untuk aktif dalam proses pembelajaran. Sealin itu, siswa juga diharapkan mampu mengaplikasikan matematika dalam lingkungan di luar kelas atau dalam kehidupan sehari-harinya. Berbagai penelitian menunjukkan bahwa siswa masih mengalamai kesulitan dalam menerapkan matematika di dalam kehidupan nyatanya. Pembelajaran Berbasis Proyek (project-based learning) adalah metode yang mendorong siswa untuk menjadi lebih aktif dalam kelas dan mampu menerapkan matematika dalam kehidupan nyatanya. Metode ini membuat siswa menjadi produktif karena siswa akan bekerja dalam sebuah proyek. Proyek yang diberikan adalah proyek yang nyata dalam kehidupan sehari-hari. Proyek ini juga akan menumbuhkan motivasi bagi siswa dalam pembelajaran karena lebih menarik dan lebih nyata.


B.            SEJARAH MUNCULNYA PROJECT BASED LEARNING
Munculnya gagasan tentang metode pembelajaran project-based learning diawali dengan adanya metode problem-based learning. Problem-based learning sendiri berawal dari fenomena di lapangan yaitu banyak dari lulusan pendidikan medis (kedokteran) yang memiliki pengetahuan faktual dan akademik tinggi namun tidak mampu menerapkan pengetahuannya dalam penanganan pasien sungguhan. Problem-Based Learning (PBL) dikembangkan pada akhir 1960-an untuk tujuan utama yakni digunakan untuk pelatihan dokter di Universitas McMaster di Ontario, Kanada (Suzanne Florin, 2010). Setelah mengkaji tentang pendidikan yang dilakukan terhadap calon tenaga medis maka dikembangkan suatu program pembelajaran yang menempatkan calon tenaga medis ke dalam situasi simulatif yang dikenal dengan problem based learning.
Berdasar dari fenomena dalam dunia medis tersebut kemudian penggunaan pendekatan problem based learning mulai diadaptasi menjadi model project based learning dalam pendidikan yang mencetak tenaga-tenaga praktisi.  Perbedaannya terletak pada objek. Kalau dalam problem-based learning pembelajar lebih didorong dalam kegiatan yang memerlukan perumusan masalah, pengumpulan data, dan analisis data (berhubungan dengan proses diagnosis pasien); maka dalam project-based learning pembelajar lebih didorong pada kegiatan desain: merumuskan tindakan, merancang tindakan, mengkalkulasi kemungkinan tiap tindakan, melaksanakan pekerjaan/tindakan, dan mengevaluasi hasil. (Waras Khamdi, 2007). Proyek sebagai sebuah metodologi pembelajaran bukan hal baru di Amerika, di Amerika hal tersebut dipelopori oleh John Dewey (Daniel K. Schneider, 2005). John Dewey telah mengemukakan bahwa belajar bergantung pada  pengalaman, minat siswa, dan topik yang terintegrasi/saling terkait satu sama lain. Oleh karena itu belajar harus bersifat aktif, melibatan siswa secara langsung, dan pembelajaran yang berpusat pada siswa. Kesadaran sosial menjadi tujuan dari semua pendidikan. Hal ini terlihat dalam penelitian tentang pembelajaran berbasis masalah dalam bidang medis, sebuah pelopor penting dari project based learning ( Howard Health & Life Sciences High School). "Learning by doing" adalah sebuah tradisi lama dalam pendidikan Amerika. Akar berdirinya project-based learning di Amerika berawal dari tradisi tersebut walaupun tak dapat dipungkiri bahwa problem-based learning dalam bidang medis menjadi pelopor munculnya project-based learning di Amerika.
 Selain fenomena dalam hal medis di atas faktor kedua munculnya projec- based learning di Amerika adalah dunia yang telah berubah (Buck Institute for Education). Hampir semua guru memahami bagaimana budaya industri/industrialisasi telah mengubah tatanan masyarakat dan mereka mengakui bahwa sekolah-sekolah sekarang harus beradaptasi dengan abad baru. Sudah jelas bahwa anak-anak membutuhkan kedua pengetahuan dan keterampilan untuk bersaing di era baru ini. Kebutuhan ini tidak hanya didorong oleh permintaan tenaga kerja dengan kinerja tinggi yang dapat merencanakan, berkolaborasi, dan berkomunikasi dengan baik, tetapi juga memiliki tanggung jawab sipil dan menguasai peran baru mereka sebagai warga negara global.

C.           PENGERTIAN PROJECT-BASED LEARNING
Tidak ada suatu definisi/pengertian resmi untuk menjelaskan tentang Project-Based Learning, namun beberapa pihak memberikan definisi mereka masing-masing diantaranya (Buck Institute for Education; Daniel K. Schneider, 2005; Yudi Purnawan, 2007) :
1.             Buck Institute for Education
Project-Based Learning adalah suatu metode pembelajaran sistematis yang melibatkan siswa dalam belajar ilmu pengetahuan dan keterampilan melalui proses penyelidikan terhadap masalah-masalah nyata dan pembuatan berbagai karya atau tugas yang dirancang secara hati-hati.
2.             Moursund, J. W. Thomas, dkk.
Project-based learning adalah model pengajaran dan pembelajaran yang menekankan pembelajaran yang berpusat pada siswa dengan memberikan suatu proyek. Hal ini memungkinkan siswa untuk bekerja secara mandiri untuk membangun pembelajarannya sendiri dan kemudian akan mencapai puncaknya dalam suatu hasil yang realistis seperti karya yang dihasilkan siswa sendiri. Lebih khusus lagi project-based learning dapat didefinisikan sebagai berikut:
a.    Fokus pada konsep-konsep utama dari suatu materi
b.    Melibatkan pengalaman belajar yang melibatkan siswa dalam persoalan kompleks namun realistik yang membuat mereka mengembangkan dan menerapkan keterampilan dan pengetahuan yang mereka miliki
c.    Pembelajaran yang menuntut siswa untuk mencari berbagai sumber informasi  dalam rangka memecahkan masalah
d.   Pengalaman  siswa belajar untuk mengelola dan mengalokasikan sumber daya seperti waktu dan bahan
3.             John Thomas
Project-based learning adalah pembelajaran yang  memerlukan tugas-tugas kompleks, didasarkan pada pertanyaan/masalah menantang, yang melibatkan siswa dalam mendesain, memecahan masalah, membuat  keputusan, atau kegiatan investigasi, memberikan siswa kesempatan untuk bekerja secara mandiri selama periode yang lama, dan berujung pada realistis produk atau presentasi. 
4.              Ronald Marx
Project-based learning sering kali memiliki ‘pertanyaan pendorong’ meliputi hal-hal pokok/konsep yang bermula dari masalah di dunia nyata; penyelidikan dan karya yang memungkinkan siswa belajar suatu konsep, penerapan informasi, dan mempresentasikan pengetahuannya dalam berbagai cara; kolaborasi antara siswa, guru dan anggota masyarakat sehingga siswa dapat belajar dari satu sama lain, dan penggunaan alat-alat yang membantu siswa mempresentasikan ide dengan teknologi.
5.              University of Nottingham
Project-based learning adalah metoda pengajaran sistematik yang mengikutsertakan pelajar ke dalam pembelajaran pengetahuan dan keahlian yang kompleks, pertanyaan authentic dan perancangan produk dan tugas.
6.             B Barron
Project-based learning adalah pendekatan cara pembelajaran secara konstruktif untuk pendalaman pembelajaran dengan pendekatan berbasis riset terhadap permasalahan dan pertanyaan yang berbobot, nyata dan relevan bagi kehidupannya.
7.              Blumenfeld dkk.
Project-based learning adalah pendekatan komprehensif untuk pengajaran dan pembelajaran yang dirancang agar pelajar melakukan riset terhadap permasalahan nyata.
8.             Boud & Felleti
Project-based learning adalah cara yang konstruktif dalam pembelajaran menggunakan permasalahan sebagai stimulus dan berfokus kepada aktifitas pelajar.

D.           KOMPONEN PROJECT-BASED LEARNING
Langkah-langkah pengembangan pembelajaran berbasis proyek melibatkan enam komponen utama yaitu :
1.        Keautentikan (authenticity)
Proyek yang yang akan dikerjakan siswa berhubungan dengan masalah dunia nyata. Ciri-ciri proyek yang menampilkan keautentikan, yaitu :
a.    Mengatasi masalah atau pertanyaan yang memiliki arti bagi siswa
b.    Melibatkan masalah atau pertanyaan  yang benar-benar dialami di dunia nyata
c.    Meminta siswa untuk menghasilkan sesuatu yang memiliki nilai pribadi dan atau sosial di luar kelas
Dalam merancang proyek yang autentik, diperlukan penggunaaan masalah yang benar-benar ada dalam dunia nyata, misalnya berkaitan dengan isu-isu yang sedang terjadi yang relevan dengan keadaan sekarang  sehinggan pembelajaran yang terjadi dapat bermakna, konstektual dan mengesankan.
2.        Ketaatan terhadap nilai akademik (academic rigor)
Di sini, siswa menghadapi tantangan yang benar-benar melibatkan pikiran mereka. Dalam mengerjakan sebuah proyek, siswa ditantang untk menggunakan metode penyelidikan untuk satu disiplin ilmu atau lebih (seperti seorang sejarawan, ilmuwan, investor dan lain-lain).
3.        Hubungan dengan pakar (adult/expert relationship)
Kekuatan pembelajaran berbasis proyek terletak pada keterlibatan pakar (orang ahli)  yang ada di luar kelas. Siswa dapat berelasi dengan pakar yang berkaitan dengan proyek yang akan diselesaikan.
Dalam hal ini, siswa diberi kesempatan untuk bekerja sama dengan sedikitnya satu orang dewasa (pakar) untuk memberi pengarahan ataupun untuk memberikan penilaian karya siswa.
4.        Aktif meneliti (active exploration)
Pemberian proyek yang besar akan membuat siswa untuk lebih aktif melakukan penelitian.  Guru sebaiknya memberikan waktu yang cukup kepada siswa untuk melakukan pekerjaan berbasis lapangan. Siswa dapat menggunakan metode, media dan sumber-sumber dalam melakukan penyelidikan. Pada akhirnya, siswa dapat mengkomunikasikan apa yang mereka pelajari melalui kegiatan pameran formal. Proyek yang bagus dapat mendorong siswa untuk aktif dalam penelitian, mengeksplorasi, menganalisis serta menyajikan hasil proyek.
5.        Belajar pada dunia nyata (applied learning)
Siswa dilatih untuk menyelesaikan masalah-masalah dunia nyata dengan pendekatan stuktur dan terencana. Siswa dilatih untuk mengembangkan kemampuan yang dibutuhkan dalam lapangan pekerjaan. 
6.        Penilaian (assessment)
Siswa diberi kesempatan untuk menerima feedback (umpan balik) yang berkualitas selama dan setelah pengerjaan proyek. Umpan balik formatif dapat diberikan oleh teman sebaya ataupun dari guru. Pada akhir proyek, evaluasi sumatif dari produk dan penampilan siswa diberikan oleh guru dan orang dewasa lain (pakar) yang menilai pekerjaan siswa dalam kaitannya dengan indikator kualitas yang telah ditentukan.

E.            IMPLEMENTASI PROJECT-BASED LEARNING
Implementasi model project-based learning mengikuti lima langkah utama, sebagai berikut:
1.      Menetapkan tema proyek. Tema proyek hendaknya memenuhi indikator-indikator berikut: (a) memuat gagasan umum dan orisinil, (b) penting dan menarik, (c) mendeskripsikan masalah kompleks, (d) mencerminkan hubungan berbagai gagasan, (e) mengutamakan pemecahan masalah.
2.      Menetapkan konteks belajar. Konteks belajar hendaknya memenuhi indikator-indikator berikut: (a) Pertanyaan-pertanyaan proyek mempersoalkan masalah dunia nyata, (b) mengutamakan otonomi siswa, (c) Melakukan inquiry dalam konteks masyarakat, (d) Siswa mampu mengelola waktu secara efektif dan efesien, (e) Siswa belajar penuh dengan kontrol diri, (f) Mensimulasikan kerja secara profesional.
3.      Merencanakan aktivitas-aktivitas. Pengalaman belajar terkait dengan merenca-nakan proyek adalah sebagai berikut: (a) membaca, (b) meneliti, (c) observasi, (d) interviu, (e) merekam, (f) mengunjungi objek yang berkaitan dengan proyek, (g) akses internet.
4.      Memproses aktivitas-aktivitas. Indikator-indikator memeroses aktivitas meliputi antara lain: (a) membuat sketsa, (b) melukiskan analisa, (3) menghitung , (d) mengenerate, (e) mengembangkan prototipe.
5.      Penerapan aktivitas-aktivitas untuk menyelesaikan proyek. Langkah-langkah yang dilakukan, adalah: (a) mencoba mengerjakan proyek berdasarkan sketsa, (b) menguji langkah-langkah yang telah dikerjakan dan hasil yang diperoleh, (c) mengevaluasi hasil yang telah diperoleh, (d) merevisi hasil yang telah diperoleh, (e) melakukan daur ulang proyek yang lain, (f) mengklasifikasi hasil terbaik.

Pembelajaran ini menerapkan pembelajaran integrated learning model. Hanya tambahannya, siswa harus mempunyai satu proyek (satu topik bahasan yang penulisannya pada sebuah produk, misalnya power point, poster, media cetak, dan lain-lain, dan produk itu nantinya akan dipresentasikan) Adapun langkah-langkah pembelajaran sebagai berikut:
1.      Memaparkan judul/topik proyek yang akan dibahas
2.      Judul ini adalah suatu tema yang menarik dan kontekstual, yang di dalamnya akan didalami dengan multidisipliner dalam satu kurikulum pertingkat jenjang kelas. Misalnya, Judul Proyek: Merancang Tempat Bermain. Tentukan permasalahannya dengan pertanyaan dasar untuk seluruh desain dari proyek ini. Misalnya dalam proyek tempat bermain, Bagaimanakah menciptakan peta untuk mengukur? Apa cara terbaik untuk menyajikan data pada suatu survai? Bagaimama membuat pengukuran akurat?
3.      Tinjau proyek dari berbagai kompetensi dasar yang hendak dicapai
4.      Lihat kurikulum. Pelajaran apa saja yang bisa diintegrasikan. Ambil KD dan Indikatornya. Misal Pelajaran fisika, Pelajaran Bahasa Indonesia dipakai untuk membuat laporan setelah melakukan pengamatan
5.      Bagi siswa ke dalam kelompok kecil (maksimal per kelompok 5 orang)
6.      Minta mereka untuk mencari data/bahan presentasi di berbagai sumber, misal buku, internet, majalah, wawancara dengan orang, dll.
7.      Buat rubrik penilaiannya untuk tiap matapelajaran yang diintegrasikannya. Rubrik ini dibuat oleh guru bidang studi yang diintegrasikan dalam proyek.
8.      Kelompok akan menyusun laporannya di power point.
9.      Dalam hal ini, siswa dalam kelompok akan menerapkan metode inquery, mereka akan saling berdiskusi menjawab pertanyaan dasar. Di akhir presentasi dalam produk dicantumkan sebuah kesimpulan jawaban pertanyaan dasar setelah dilihat dari berbagai multidisiplin. Guru bidang studi yang diintegrasikan berfungsi sebagai fasilitator, membantu kelompok bila kelompok menemui kesulitan.
10.  Buat deadline waktu pengerjaannya. Kapan dimulai, kapan presentasi.
11.  Presentasi produk. Penilaian berdasarkan rubrik yang telah disepakati oleh siswa

Terdapat berbagai variasi tipe proyek yang dapat  digunakan guru dalam pembelajaran matematika berbasis proyek. Beberapa guru memberikan skenario sebagai pembuka proyek dan siswa mempunyai peran sebagai seseorang yang bekerja di proyek. Beberapa contoh proyek yang bisa diberikan:
1.      Pada materi geometri, siswa mengambil peran sebagai arsitek dan designer sebuah pust perbelanjaan. Siswa meneliti desain sebuah bangun yang dapat menampung secara maksimal berbagai ukuran dari berbagai toko yang ada di dalamnya. Pada akhir proyek dapat berupa brosur, poster, atau power point yang mempresentasikan hasil penelitian mereka. Presentasi ini disaksikan siswa lain yang berperan sebagai petugas tata kota.
2.      Pada materi aljabar atau trigonometri, siswa bertindak sebagai sejarahwan yang meneliti kisah hidup matematikawan. Siswa dapat mempresentasikan kontribusi yang disumbangkan oleh matematikawan tersebut dalam bentuk Power Point.
3.      Pada pembelajaran trigonometri, siswa dapat berperan sebagai seorang penerima beasiswa yang sedang melakukan penelitian mengenai pembuktian Teorema Phytagoras. Pada akhir pembelajaran, hasil penelitian dapat berisi formula yang relevan dan grafik-grafik yang menggambarkan teorema.
4.      Pada materi statistik, siswa dapat berperan sebagai statistikawan yang sedang meneliti tren populasi di kawasan suatu wilayah, negara atau dunia. Pada akhir pembelajaran siswa dapat mempresentasikan hasil yang berupa grafik ataupun tabel.

F.          KELEBIHAN DAN KEKURANGAN PROJECT-BASED LEARNING
Keuntungan Pembelajaran Berbasis Proyek (Project Based Learning) antara lain:
1.        Meningkatkan motivasi belajar peserta didik untuk belajar, mendorong kemampuan mereka untuk melakukan pekerjaan penting, dan mereka perlu untuk dihargai.
2.        Meningkatkan kemampuan pemecahan masalah.
Membuat siswa menjadi lebih aktif dan berhasil memecahkan problem-problem yang kompleks.
3.        Meningkatkan kolaborasi.
Pentingnya kerja kelompok dalam proyek adalah mendorong siswa untuk mengembangkan dan mempraktikkan keterampilan komunikasi. Kelompok kerja kooperatif, evaluasi siswa, pertukaran informasi online adalah aspek-aspek kolaboratif dari sebuah proyek. Teori-teori kognitif yang baru dan konstruktivistik menegaskan bahwa belajar adalah fenomena sosial, dan bahwa siswa akan belajar lebih di dalam lingkungan kolaboratif.
4.        Meningkatkan keterampilan mengelola sumber.
Bagian dari menjadi siswa yang independen adalah bertanggungjawab untuk menyelesaikan tugas yang kompleks. Pembelajaran Berbais Proyek yang diimplementasikan secara baik memberikan kepada siswa pembelajaran dan praktik dalam mengorganisasi proyek, dan membuat alokasi waktu dan sumber-sumber lain seperti perlengkapan untuk menyelesaikan tugas.
5.        Pendekatan proyek menyediakan pengalaman belajar yang melibatkan peserta didik secara kompleks dan dirancang untuk berkembang sesuai dunia nyata.
6.        PBL melibatkan para peserta didik untuk belajar mengambil informasi dan menunjukkan pengetahuan yang dimiliki, kemudian diimplementasikan dengan dunia nyata.
7.        PBL membuat suasana belajar menjadi menyenangkan, sehingga peserta didik maupun pendidik menikmati proses pembelajaran.

Kelemahan Project-Based Learning
1.        Memerlukan banyak waktu yang harus diselesaikan untuk menyelesaikan masalah.
2.        Membutuhkan biaya yang cukup banyak
3.        Banyak instruktur yang merasa nyaman dengan kelas tradisional, di mana instruktur memegang peran utama di kelas.
4.        Banyaknya peralatan yang harus disediakan.
5.        Beberapa siswa yang memiliki kelemahan dalam percobaan dan pengumpulan informasi akan mengalami kesulitan.
6.        Ada kemungkinan siswa yang kurang aktif dalam kerja kelompok.
7.        Ketika topik yang diberikan kepada masing-masing kelompok berbeda, dikhawatirkan siswa tidak bisa memahami topik secara keseluruhan

Untuk mengatasi kelemahan dari pembelajaran berbasis proyek di atas seorang pendidik harus dapat mengatasi dengan cara memfasilitasi peserta didik dalam menghadapi masalah, membatasi waktu peserta didik dalam menyelesaikan proyek, meminimalis dan menyediakan peralatan yang sederhana yang terdapat di lingkungan sekitar, memilih lokasi penelitian yang mudah dijangkau sehingga tidak membutuhkan banyak waktu dan biaya menciptakan suasana pembelajaran yang menyenangkan sehingga instruktur dan peserta didik merasa nyaman dalam proses pembelajaran.


DAFTAR PUSTAKA

Admin. Metode Pembelajaran Berbasis Proyek (Project Based Learning) [online]. Diakses di http://digilib.sunan-ampel.ac.id/files/disk1/151/hubptain-gdl-ellyikasus-7509-3-babii.pdf  (17 Oktober 2011)
Buck Institute for Education. Introduction to Project Based Learning. [Online]. Diakses di http://www.bie.org/images/uploads/general/20fa7d42c216e2ec171a212e97fd4a9e.pdf (18 Oktober 2011)
Daniel K. Schneider. 2005. Project-based learning. [Online]. Diakses di http://edutechwiki.unige.ch/en/Project-based_learning (18 Oktober 2011)
Florin, Suzanne. 2010. The Success of Project Based Learning. [Online]. Diakses di http://www.brighthub.com/education/k-12/articles/90553.aspx (18 Oktober 2011)
Peter Westwood. 2008. What Teachers Need to Know about Teaching Methods. Victoria: ACER Press
Waras Khamdi. 2007. Pembelajaran Berbasis Proyek: Model Potensial untuk Peningkatan Mutu Pembelajaran. [online]. Diakses di http://lubisgrafura.wordpress.com/2007/09/23/pembelajaran-berbasis-proyek-model-potensial-untuk-peningkatan-mutu-pembelajaran/  (2 Oktober 2011)
Yudi Purnawan. 2007. Pengenalan PBL (Pembelajaran Berbasis Proyek). [Online]. Diakses di http://yudipurnawan.wordpress.com/2007/11/17/pengenalan-pbl/ (18 Oktober 2011)

No comments:

Post a Comment