Animated Text

Thursday, 21 April 2011

PRINSIP-PRINSIP PERKEMBANGAN


Perkembangan Peserta Didik
PRINSIP-PRINSIP PERKEMBANGAN
  Oleh    : Latif Kurniawan
NIM    : 09301241042
                                    Prodi   : Pendidikan Matematika Sub 09, UNY

A. Tujuan Instruksional
Dalam proses pembelajaran di sekolah, belajar merupakan kegiatan utama bagi peserta didik. Peserta didik sebagai manusia dapat memiliki perbedaan dalam kemampuan, bakat, minat, motivasi, watak, ketahanan, semangat, dsb (Dwi Siswoyo, 2008). Kenyataan yang terjadi tidak semua peserta didik mampu melaksanakan kegiatan belajarnya dengan lancar. Di antara peserta didik atau bahkan manusia sekalipun tidak mungkin didapati adanya individu yang sama persis dengan individu lainnya, karena kita tahu akan adanya perbedaan individual dan keniscayaan akan adanya perbedaan, yang antara lain disebabkan oleh keragaman pada tingkat genetis dan perbedaan lingkungan tempat individu tersebut tumbuh dan berkembang sesuai dengan teori konvergensi William Stern.

Peserta didik juga seorang manusia yang mengalami fase-fase perkembangan dalam hidupnya. Pemahaman mengenai perkembangan peserta didik sebagai manusia secara menyeluruh memerlukan dasar dan landasan pengetahuan tentang fakta-fakta yang berhubungan dengan perkembangan yang disebut prinsip-prinsip perkembangan. Prinsip-prinsip perkembangan inilah yang selanjutnya perlu untuk diperhatikan guru secara menyeluruh guna memahami perkembangan-perkembangan yang terjadi pada peserta didik.
Woody, La Voie, dan Susan Epps (1992) menyatakan,
The development perspective examines those biological, cognitive, and social/emotional changes that occur in an individual across the life span. For those who take a dialectical view, the process is continual and its results from constant conflict. That is, imbalance or disequilibrium in development is necessary; therefore, stability is only temporary. The conflict and challanges of one developmental period are resolved only to enter the next developmental period where other conflicts are experienced.
Konsekuensi dari hal yang disebutkan Woody, dkk. di atas maka sebagai seorang pendidik kita tak hanya memerhatikan perkembangan-perkembangan pada segmen tertentu saja namun juga pada segmen-segmen lainnya secara menyeluruh. Berdasarkan teori konvergensi, faktor lingkungan memberikan pengaruh yang lebih besar pada perkembangan individu dibandingkan dengan faktor keturunan, maka sebagai seorang pendidik kita dituntut untuk mampu menciptakan lingkungan belajar yang mampu memfasilitasi setiap perbedaan pada peserta didik. Proses belajar pada dasarnya adalah untuk membentuk diri peserta didik menjadi manusia seutuhnya maka dari itu tak sepatutnya proses belajar itu dilakukan dengan sistem “trial and error”, melainkan perlu dilandasi dengan pengetahuan-pengetahun mengenai berbagai teori-teori dan prinsip-prinsip perkembangan.
Selanjutnya setelah memahami hal-hal yang telah diuraikan di atas diharapkan seorang pendidik memahami adanya prinsip-prinsip perkembangan secara umum dan aplikasinya dalam dunia pendidikan.
B. Prinsip-prinsip Perkembangan
Seperti yang telah kita bahas sebelumnya bahwa setiap individu berbeda dengan individu lainnya karena adanya perbedaan individual, maka untuk menjalankan proses pembelajaran seorang pendidik tidak hanya perlu memahami berbagai teori-teori perkembangan saja namun juga harus memperhatikan adanya prinsip-prinsip perkembangan yang mutlak terjadi pada fase-fase perkembangan setiap individu. Rita Eka Izzaty, dkk. (2008), menyatakan bahwa dengan adanya prinsip-prinsip perkembangan kita akan memahami apa sebenarnya hakekat dari anak.
Selanjutnya prinsip-prinsip perkembangan pada anak menurut Rita Eka Izzaty, dkk. (2008), di antaranya adalah:

1.             Prisip kesatuan organis
Setiap perkembangan yang dialami setiap anak merupakan suatu kesatuan perkembangan antara suatu fungsi yang satu dengan fungsi yang lain yang saling berpengaruh. Setiap fungsi tadi akan memiliki arti apabila ditinjau secara keseluruhan.

2.             Tiap-tiap individu mengikuti pola perkembangan yang umum/relatif sama
Setiap spesies, apakah hewan atau manusia, mengikuti pola perkembangan yang khas spesies tersebut. Dalam perkembangan pralahir, terdapat rangkaian genetik dengan ciri tertentu yang muncul pada interval tertentu pula. Terdapat urutan pola yang sama dalam perkembangan pascalahir, walaupun laju perkembangan individu akan lebih bervariasi dalam periode pascalahir daripada pralahir. (Elizabeth B. Hurlock: 1997)
Jadi setiap individu memiliki pola perkembangan yang relatif sama. Hal ini berimplikasi akan adanya berbagai penelitian yang bertujuan untuk membuktikan bahwa manusia dapat mempelajari pola perilaku dan kemampuan tertentu dengan hasil lebih baik pada usia tertentu dibandingkan pada tingkat usia tertentu. Kemudian muncul kelompok-kelompok yang mengharapkan setiap individu bersikap sesuai dengan tingkat perkembangan ini. Elizabeth B. Hurlock (1997), menyebut harapan ini dengan “harapan sosial”. Kemudian Elizabeth B. Hurlock (1997), berdasarkan prinsip Tiap-tiap individu mengikuti pola perkembangan yang umum/relatif sama, menyebut hal ini juga sebagai prinsip perkembangan dengan sebutan “Pada Setiap Periode Perkembangan Terdapat Harapan Sosial”.
Gambaran Pola Perkembangan
Kesadaran akan gambaran pola perkembangan yang tepat adalah dasar guna memahami anak-anak pada umumnya, namun sebelumnya juga dibutuhkan pengetahuan tentang penyebab-penyebab adanya variasi-variasi dalam perkembangan untuk mamahami karakteristik setiap anak secara pribadi. Pengetahuan, pemahaman , dan kesadaran akan bentuk pola perkembangan memiliki nilai-nilai ilmiah dan praktis tersendiri antara lain:
Pertama, pengetahuan tentang pola perkembangan akan banyak membantu dalam mengetahui apa yang dapat diharapkan pada diri anak usia tertentu dan pada usia berapa pada diri anak muncul pola perilaku tertentu serta kapan pola-pola yang ada pada diri anak akan digantikan dengan pola-pola yang lain yang lebih matang. Hal-hal tersebut sangat penting karena apabila terlalu banyak mengharapkan munculnya pola-pola tertentu untuk ada pada diri anak hal tersebut malah akan membebani si anak dan bahkan akan memunculkan perasaan tertekan, minder, atau perasaan tidak mampu pada diri anak karena mereka tidak mampu mencapai standar yang ditetapkan orang tua dan guru bagi mereka. Namun apabila terlalu sedikit yang diharapkan maka hal tersebut justru akan menghilangkan rangsangan dan kesempatan untuk mampu mengembangkan kemampuannya.
Kedua, pengetahuan tentang pola perkembangan pada diri anak usia tertentu memungkinkan untuk dapat disusunnya suatu pedoman-pedoman tertentu seperti dalam bentuk skala tinggi-berat badan, usia-berat, usia-mental, sosial, dan emosional. Dikarenakan pola perkembangan yang dialami oleh setiap anak hampir sama, maka dimungkinkan untuk mengevaluasi setiap anak menurut suatu norma tertentu menurut usia anak tersebut. Contoh konkret dari hal di atas adalah adanya buku KMS (Kartu Menuju Sehat) yang digukan untuk memonitor perkembangan anak balita di Indonesia. Apabila perkembangan yang dicapai seorang anak menunjukkan kekhasan dengan perkembangan anak pada umumnya pada saat usia yang berkorespondensi maka anak tersebut mencapai tahap perkembangan yang dapat dikategorikan normal terhadap norma yang digunakan. Sebaliknya apabila dijumpai adanya penyimpangan dari pola yang normal maka hal tersebut dapat dianggap sebagai adanya gangguan perkembangan yang terjadi pada anak. Kemudian dapat diambil langkah-langkah tertentu untuk mengetahui penyebab dan dan menghilangkan gangguan-gangguan tersebut. Misalnya, apabila bobot seorang anak dinilai tidak normal karena berat badannya dianggap kurang untuk anak usia tersebut maka dapat ditentukan salah satu penyebabnya adalah kekurangan asupan gizi, untuk menghilangkan gangguan perkembangan dalam hal ini dapat diambil langkah yakni dengan memberikan makanan-makan bergizi cukup untuk anak tersebut. Contoh dalam dunia pendidikan adalah pada cara membawakan matematika pada mata pelajaran yang dimulai dari membawakan matematika dalam bentuk konkret yang seiring perkembangan yang dialami anak/peserta didik dapat dimulai tentang pelajaran matematika yang abstrak hal ini esuai dengan teori tentang Kurikulum Spiral Bruner yang dikemukakan oleh Jerome Bruner.
Ketiga, pengetahuan mengenai perkembangan yang berhasil membutuhkan bimbingan, maka pengetahuan tentang pola perkembangan memungkinkan kita sebagai orang tua atau guru untuk dapat membimbing proses balajar anak pada waktu yang tepat. Misalnya pada umumnya seorang bayi mulai belajar berjalan pada usia 11 bulan orang tua sebaiknya memberikan kesempatan dan dorongan kepada anaknya untuk tetap berusaha karena apabila kesempatan dan dorongan tidak kita berikan malah menghambat perkembangan yang normal. Hal ini sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh L Vygotsky dalam hal Scaffolding dan ZPD.
Keempat, menurut Endang Poerwanti dan Nur Widodo (2002), pengetahuan tentang pola normal dalam tahapan perkembangan tertentu akan dapat dipakai sebagai kriteria untuk mengenali secara dini perkembangan anak yang mungkin menyimpang dari pola umum.
Kelima, menurut Elizabeth B. Hurlock (1997),
Pengetahuan tentang pola normal perkembangan memungkinkan orang tua dan guru untuk sebelumnya mempersiapkan anak atas perubahan yang terjadi pada tubuh, perhatian, atau perilakunya. Misalnya, anak dapat disiapkan untuk apa saja yang  akan diharapkan darinya apabila  mereka masuk sekolah. Meskipun persiapan psikologis ini tidak akan menghilangkan seluruh ketegangan yang timbul dari  penyesuaian yang radikal, namun hal itu akan banyak menguranginya.

3.             Prinsip Tempo dan Irama Perkembangan
Elizabeth B. Hurlock (1997), menyebut prinsip ini dengan “Terdapat Perbedaan Individu dalam Perkembangan”. Perkembangan memiliki pola yang sama untuk setiap individu, namun tempo dan irama perkembangan bersifat individual, dalam artian kecepatan dan urutan perkembangan serta kualitas capaian perkembangan setiap individu tidaklah sama. Apabila kita tinjau lagi perbedaan ini dimungkinkan terjadi oleh adanya faktor internal dan eksternal yang mempengaruhi tempo dan irama perkembangan setiap individu, yakni faktor genetis (internal) dan faktor lingkungan tempat individu ini tumbuh dan berkembang (eksternal). Selanjutnya menurut Elizabeth B. Hurlock (1997), menyebutkan bahwa walaupun kecepatan perkembangan berbeda untuk setiap individu namun setiap individu menunjukkan konsistensi perkembangannya. Elizabeth B. Hurlock (1997), mencontohkan hal ini dengan bukti dari fakta yang diambil dari penelitian N. Bayley: On  the growth of intelligence yang menunjukkan adanya konsistensi perkembangan intelegensi setiap anak, yakni anak pada suatu usia memiliki kecepatan belajar yang lambat,  juga lambat pada suatu usia yang lain dan sebaliknya anak pada suatu usia memiliki kecepatan belajar yang cepat,  juga cepat pada suatu usia yang lain.

4.             Prinsip interaksi
Interaksi antara pembawaan dan lingkungan mempengaruhi perkembangan anak. Jadi proses perkembangan tidak mutlak dipengaruhi oleh pembawaan saja atau lingkungan saja. Kedua hal tersebut berpengaruh pada perkembangan anak.
Pembawaan adalah suatu konsep yang dipercayai/dikemukakan oleh orang-orang yang mempercayai adanya potensi dasar manusia yang akan berkembang sendiri atau berkembang dengan berinteraksi dengan lingkungan. Ada pula istilah lain yang biasa diidentikkan dengan pembawaan, yakni istilah keturunan dan bakat. Sebenarnya ketiga istilah tersebut tidaklah persis sama pengertiannya. Pembawaan ialah seluruh kemungkinan atau potensi yang terdapat pada suatu individu dan yang selama masa perkembangan benar-benar dapat diwujudkan. Pembawaan tersebut berupa sifat dan ciri yang biasanya bersifat fisik atau bisa juga yang bersifat psikis (kejiwaan). Warna rambut, bentuk mata, dan kemampuan berjalan adalah contoh sifat, ciri, dan kesanggupan yang bersifat fisik. Sedangkan sifat malas, lekas marah, dan kemampuan memahami sesuatu dengan cepat adalah sifat-sifat psikis yang mungkin berasal dari pembawaan. 
M. Ngalim Purwanto (Muhammad,2010) menyatakan bahwa yang dimaksud dengan lingkungan di dalam pendidikan ialah setiap pengaruh yang terpancar dari orang-orang lain, bintang, alam, kebudayaan, agama, adat-istiadat, iklim, dsb, terhadap diri manusia yang sedang berkembang.
 Pada dasarnya prinsip ini sepaham dengan teori konvergensi pada perkembangan anak. Paham konvergensi  berpendapat, bahwa di dalam perembangan individu itu baik dasar atau pembawaan maupun lingkungan memankan peranan penting. Bakat sebagai kemungkinan telah ada pada masing-masing individu. Akan tetapi bakat yang sudah tersedia itu perlu menemukan lingkungan yang sesuai supaya dapat berkembang.(Muhammad,2010)

5.             Prinsip kematangan
Perkembangan merupakan hasil proses kematangan dan belajar. Berbagai bukti tampaknya menunjukkan bahwa ciri perkembangan fisik dan mental sebagian berasal dari proses kematangan intrinsik dan sebagian berasal dari latihan dan usaha individu.
Kematangan sendiri artinya adalah terbukanya karakteristik yang secara potensial ada pada individu yang berasal dariwarisan genetik individu(Hurlock,1997:28). Dalam fungsi filogenetik yaitufungsi umum ras – misalnya merangkak, duduk, dan berjalan, perkembangan berasal dari proses kematangan. Sesunggguhnya latihan hanya memberi sedikit keuntungan. Sebaliknya mengendalikan lingkungan dengan cara mengurangi kesempatan berlatih akan menghalangi perkembangan. Berbeda dengan fungsi ontogenetik yaitu fungsi khas untuk individu, misalnya berenang, melempar bola, naik sepeda atau menulis, diperlukan latihan. Tanpa  latihan perkembangan tidak akan terjadi. Kecenderungan yang diwariskan tidak dapat matang sepenuhnya tanpa dukungan lingkungan.
Sedangkan belajar adalah perkembangan yang berasal dari latihan dan usaha. Beberapa proses belajar berasal dari latihan atau tepatnya pengulangan suatu tindakan. Hal ini pada saatnya nanti menimbulkan perubahan dalam perilaku seseorang. Belajar dapat terjadi secara imitasi, yaitu seseorang yang secara sadar meniru apa yang dilakukan orang lain.(Hurlock, 1997)
Kemudian bagaimana perkembangan dipengaruhi oleh kematangan dan belajar? Betapapun banyaknya rangsangan yang diterima oleh anak, mereka tidak dapat belajar sampai perkembangan mereka siap untuk melakukannya. Jadi dalam hal ini pembelajaran butuh kematangan. Havighurst (Hurlock, 1997) menamakan matangnya kesiapan sebagai “saat untuk diajar” (teachable moment). Usaha pengajaran akan terbuang percuma bila dilakukan sebelum saat tersebut dan akan berhasil bila dialakukan disaat yang tepat.
Mempelajari bagaimana mengetahui saat yang tepat inilah yang penting bagi orang dewasa, dalam hal ini pendidik. Menurut Hurlock (Hurlock, 1997) ada tiga kriteria yang dapat diterapkan untuk mengetahui siap tidaknya seorang anak. Yang pertama adalah minat belajar, anak- anak menunjukkan minat belajar mereka dengan keinginan untuk diajar atau belajar sendiri. Yang kedua yaitu minat yang bertahan, ketika anak telah siap belajar minat mereka tetap walaupun mereka mengahadapi hambatan  dan kesulitan. Dan yang ketiga adalah kemajuan, dengan berlatih anak yang telah siap belajar akan menunjukkan kemajuan walapun sedikit dan berangsur angsur.

6.       Setiap Proses Perkembangan Terdapat Hasrat Untuk Mempertahankan dan Mengembangkan diri
Adanya keinginan untuk makan, minum dan isirahat merupakan keinginan untuk mempertahankan apa yang sudah ada. Pertahanan tersebut terjadi karena adanya bahaya atau ancaman yang berpotensi dapat mengubah pola perkembangan. Makanan berpengaruh pada kesehatan seseorang. Dengan mengkonsumsi makanan yang sehat, ini akan berpengaruh pada kinerja tubuh dalam melakukan berbagai hal. Sumber kekuatan yang didapat dari makanan ini juga tidak hanya sebagai alat pertahanan pada tubuh kita yang sehat, dengan adanya implikasi antara makanan dengan tubuh yang sehat ini, kita dapat mengembangkan potensi yang kita miliki secara maksimal.  Namun, makanan yang sehat tidaklah cukup apabila tidak dibarengi dengan istirahat yang cukup pula. Maka perlu adanya keseimbangan antara asupan yang kita makan dengan istirahat yang cukup.
Menurut Erikson (Hurlock,1997),Perjuangan yang tidak terelakkan yang menandai seluruh pertumbuhan dapat menimbulkan sejumlah bakat yang benar-benar dapat diandalkan atau masalah yang tidak dapat dijajaki. Sehingga meskipun ketahanan fisik sudah terpenuhi, masih perlu adanya pertahanan psikis yang juga tidak kalah penting. Bahaya dari lingkungan sosial yang tidak dapat difilterisasikan maka pertahanan ini masih belum dapat mempertahankan pola perkembangan yang sudah ada.
Oleh karena itu peringatan awal adanya kemungkinan bahaya yang berhubungan dengan berbagai bidang perkembangan merupakan hal yang penting, karena hal itu memungkinkan mereka yang bertanggung jawab dalam membimbing perkembangan anak, yaitu tertutama orang tua, untuk siap menangani penyebab bahaya itu, dan sama pentingnya ialah mengambil langkah yang tepat untuk menghindarkannya.  Misalnya pada tahap awal berbicara hampir semua anak pastinya sangat senang pada saat berbicara, ia akan sering melafalkan apa yang dia dengar, baik itu merupakan hal baik maupun buruk. Itu dikarenakan  seorang anak tersebut belum mengerti apa yang dia ucapkan. Oleh karena itu, orang tua dapat menghindari bahaya berbicara ini dengan memperhatikan dan mengawasi lingkungan sekitar agar terhindar dari pengaruh buruk.

7.       Fungsi psikis tidak timbul secara berturut-turut, tetapi secara bersamaan
Menulis surat merupakan kegiatan yang melibatkan fungsi ingatan, fungsi pikiran, fungsi perasaan, fungsi gerak dan sebagainya secara bersamaan, hanya pada waktu-waktu tertentu, salah satu fungsi yang kelihatan menonjol, sehingga Nampak secara berurutan.

8.       Perkembangan mengikuti proses diferensiasi dan integrasi
Dengan bertambahnya umur, perkembangan anak akan semakin maju pula sehingga terjadi proses yang disebut diferensiasi dan integrasi.
Contoh, bayi memiliki gerakan-gerakan yang tidak teratur. Dengan bertambahnya umur, gerakannya semakin dapat dipisahkan, misalnyantaga saja, dan gerakannya makin dapat dikoordinasikan, misalnya koordinasi gerakan tangan dan kaki.
Perkembangan berlangsung dari kemampuan yang bersifat umum menuju kemampuan yang bersifat khusus, mengikuti proses diferensiasi dan integrasi. Perkembangan dimulai dengan dikuasainya kemampuan-kemampuan yang bersifat umum, seperti kemampuan memegang dimulai dengan memegang benda besar dengan kedua tangannya baru kemudian memegang dengan satu tangan tetapi dengan kelima jarinya. Perkembangan berikutnya ditunjukkan dengan anak dapat memegang dengan beberapa jarinya.
Dalam perkembangan terjadi proses diferensiasi atau penguraian ke hal yang lebih kecil dan terjadi pula proses integrasi. Dalam integrasi ini beberapa kemampuan khusus/kecil itu bergabung membentuk satu kecakapan atau keterampilan
Dalam hal tanggapan mental dan motorik, kegiatan umum selalu mendahului gerakan khusus. Janin menggerakkan seluruh tubuhnya tetapi tidak mampu melakukan gerakan khusus. Demikian pula pada bayi. Bayi melambaikan tangannya secara umum, membuat gerakan acak sebelum ia mampu memberikan tanggapan khusus seperti menggapai benda yang diletakkan di hadapannya.
Aplikasinya terhadap pendidikan, contohnya melatih anak menulis. Anak terlebih dahulu dikenalkan cara menuliskan huruf secara satu per satu sebelum ia mampu merangkai susunan kata atau kalimat yang benar.

9.       Pertumbuhan dan perkembangan membutuhkan suatu asuhan atau bimbingan yang dilakukan secara sadar.
Hal ini disebabkan pertumbuhan dan perkembangan bukan hanya merupakan proses yang timbul dengan sendirinya, tetapi juga karena pengaruh dari luar. Oleh karena itu, untuk mencapai perkembangan yang normal, pengaruh ini harus diberikan secara sadar dan terencana. Apabila pengaruh itu tidak disadari, maka pertumbuhan dan perkembangan dapat terjadi secara tidak normal. Jadi, orang harus sadar bahwa pendidikan yang diberikan adalah baik.
Dalam studi klinis sejak bayi hingga dewasa yang dilakukannya, Erikson menarik kesimpulan bahwa “masa kanak-kanak merupakan gambaran awal manusia sebagai seorang manusia, tempat dimana kebaikan dan sifat buruk kita yang tertentu degnan lambat, tetapi jelas berkembang dan mewujudkan dirinya.” Erikson menerangkan, apa yang akan dipelajari seorang anak tergantung pada bagaimana orang tua memenuhi kebutuhan anak akan makanan, perhatian, dan cinta kasih. (Hurlock,1997)
Bertahannya pola awal perilaku telah diperlihatkan oleh studi dalam berbagai bidang perkembangan. Studi tentang orang dewasa kreatif telah menunjukkan bahwa sbagai anak-anak, mereka menunjukkan perhatian dalam permainan imajinatif dan kreatif, serta berbagai bentuk ekspresi artistik. Sama halnya studi kepribadian telah menunjukkan bahwa pola awal secara relatif tetap tidak berubah dengan berjalannya waktu.
Lingkungan tempat anak hidup selama tahun-tahun pembentukan awal hidupnya mempunyai pengaruh kuat pada kemampuan bawaan mereka. Karena dasar untuk pola sikap dan perilaku diletakkan secara dini, yaitu ketika lingkungan itu hampir terbatas pada rumah dan kontak sosial pada umumnya terdapat di antara anggota keluarga, dasar ini “tumbuh dari rumah.”
Jadi, bimbingan paling diperlukan dalam tahapan awal belajar pada saat peletakan dasar awal. Bila anak sejak awal telah diletakkan di atas rel yang benar dan didorong untuk tetap disana hingga mereka terbiasa dengannya atau menyadari mengapa hal itu paling baik, maka kecil kemungkinannya kelak mereka akan beralih ke rel yang salah.
Dengan demikian, agar tercapai perkembangan secara normal, maka pengaruh atau bimbingan perlu diberikan secara sadar dan terencana. Dan pengaruh yang diberikan pada anak pun harus disadari bahwa pengaruh yang diberikan tersebut, bimbingan yang diajarkan tersebut, adalah sesuatu yang baik. Karena keluarga terutama orang tua sangat berperan bagi perkembangan anak, maka orang tua harus sadar bahwa ada pengalaman atau didikan yang diberikan pada anak adalah sesuatu yang baik.
Aplikasinya dalam dunia pendidikan,
Sebagai contoh, di sekolah, anak dibimbing dan diarahkan guru, yang salah satunya dengan memberikan mata pelajaran yang ada. Misalnya pada mata pelajaran pendidikan agama. Anak atau siswa, disitu dibimbing bagaimana siswa dapat beragama dengan baik dan berperilaku sesuai dengan ajaran-ajaran agama. Dengan bimbingan yang baik dan dilakukan secara sadar tersebut, maka anak bisa berkembang secara normal.
Dalam dunia pendidikan, diberikan kurikulum pembelajaran yang nantinya akan digunakan sebagai acuan dalam kegiatan belajar. Guru, nantinya yang akan membimbing siswa sedemikian hingga siswa terarah dan punya konsep berfikir yang baik dan benar sesuai kurikulum yang ada.



DAFTAR PUSTAKA

Endang Poerwanti, Nur Widodo. 2002. Perkembangan Peserta Didik. Malang: UMM Press.
Hurlock, Elizabeth B. 1997. Perkembangan Anak. Jakarta: Erlangga.
Rita Eka Izzaty, dkk. 2008. Perkembangan Peserta Didik. Yogyakarta: UNY Press.
Woody, R.H., La Voie, Joseph C.,Epss, Susan.1992. School Psychology: A Developmental and Social Systems Approach. USA: Allyn and Baccon.
Muhammad.2010.Pembawaan dan Lingkungan. terdia online : tepolngo2.blogspot.com/2010/6/pembawaan-dan-lingkungan.html .Diakses tanggal 1 Maret 2011 pukul 19.34

No comments:

Post a Comment