Perkembangan
Peserta Didik
PRINSIP-PRINSIP PERKEMBANGAN
Oleh : Latif Kurniawan
NIM : 09301241042
Oleh : Latif Kurniawan
NIM : 09301241042
Prodi : Pendidikan Matematika Sub 09, UNY
A. Tujuan
Instruksional
Dalam proses pembelajaran di sekolah, belajar merupakan kegiatan utama
bagi peserta didik. Peserta didik sebagai manusia dapat memiliki perbedaan
dalam kemampuan, bakat, minat, motivasi, watak, ketahanan, semangat, dsb (Dwi
Siswoyo, 2008). Kenyataan yang terjadi tidak semua peserta didik mampu
melaksanakan kegiatan belajarnya dengan lancar. Di antara peserta didik atau
bahkan manusia sekalipun tidak mungkin didapati adanya individu yang sama
persis dengan individu lainnya, karena kita tahu akan adanya perbedaan individual
dan keniscayaan akan adanya perbedaan, yang antara lain disebabkan oleh
keragaman pada tingkat genetis dan perbedaan lingkungan tempat individu
tersebut tumbuh dan berkembang sesuai dengan teori konvergensi William Stern.
Peserta didik juga seorang manusia yang mengalami fase-fase perkembangan
dalam hidupnya. Pemahaman mengenai perkembangan peserta didik sebagai manusia
secara menyeluruh memerlukan dasar dan landasan pengetahuan tentang fakta-fakta
yang berhubungan dengan perkembangan yang disebut prinsip-prinsip perkembangan.
Prinsip-prinsip perkembangan inilah yang selanjutnya perlu untuk diperhatikan
guru secara menyeluruh guna memahami perkembangan-perkembangan yang terjadi
pada peserta didik.
Woody, La Voie, dan Susan Epps (1992) menyatakan,
The
development perspective examines those biological, cognitive, and
social/emotional changes that occur in an individual across the life span. For
those who take a dialectical view, the process is continual and its results
from constant conflict. That is, imbalance or disequilibrium in development is
necessary; therefore, stability is only temporary. The conflict and challanges
of one developmental period are resolved only to enter the next developmental
period where other conflicts are experienced.
Konsekuensi
dari hal yang disebutkan Woody, dkk. di atas maka sebagai seorang pendidik kita
tak hanya memerhatikan perkembangan-perkembangan pada segmen tertentu saja namun
juga pada segmen-segmen lainnya secara menyeluruh. Berdasarkan teori
konvergensi, faktor lingkungan memberikan pengaruh yang lebih besar pada
perkembangan individu dibandingkan dengan faktor keturunan, maka sebagai
seorang pendidik kita dituntut untuk mampu menciptakan lingkungan belajar yang
mampu memfasilitasi setiap perbedaan pada peserta didik. Proses belajar pada
dasarnya adalah untuk membentuk diri peserta didik menjadi manusia seutuhnya
maka dari itu tak sepatutnya proses belajar itu dilakukan dengan sistem “trial
and error”, melainkan perlu dilandasi dengan pengetahuan-pengetahun
mengenai berbagai teori-teori dan prinsip-prinsip perkembangan.
Selanjutnya
setelah memahami hal-hal yang telah diuraikan di atas diharapkan seorang
pendidik memahami adanya prinsip-prinsip perkembangan secara umum dan
aplikasinya dalam dunia pendidikan.
B.
Prinsip-prinsip Perkembangan
Seperti yang telah kita bahas sebelumnya bahwa setiap individu berbeda
dengan individu lainnya karena adanya perbedaan individual, maka untuk
menjalankan proses pembelajaran seorang pendidik tidak hanya perlu memahami
berbagai teori-teori perkembangan saja namun juga harus memperhatikan adanya
prinsip-prinsip perkembangan yang mutlak terjadi pada fase-fase perkembangan
setiap individu. Rita Eka Izzaty, dkk. (2008), menyatakan bahwa dengan adanya
prinsip-prinsip perkembangan kita akan memahami apa sebenarnya hakekat dari
anak.
Selanjutnya prinsip-prinsip perkembangan pada anak menurut Rita Eka
Izzaty, dkk. (2008), di antaranya adalah:
1.
Prisip kesatuan organis
Setiap perkembangan yang dialami setiap anak merupakan suatu kesatuan
perkembangan antara suatu fungsi yang satu dengan fungsi yang lain yang saling
berpengaruh. Setiap fungsi tadi akan memiliki arti apabila ditinjau secara
keseluruhan.
2.
Tiap-tiap individu mengikuti pola perkembangan
yang umum/relatif sama
Setiap spesies, apakah hewan atau
manusia, mengikuti pola perkembangan yang khas spesies tersebut. Dalam
perkembangan pralahir, terdapat rangkaian genetik dengan ciri tertentu yang
muncul pada interval tertentu pula. Terdapat urutan pola yang sama dalam
perkembangan pascalahir, walaupun laju perkembangan individu akan lebih
bervariasi dalam periode pascalahir daripada pralahir. (Elizabeth B. Hurlock: 1997)
Jadi setiap
individu memiliki pola perkembangan yang relatif sama. Hal ini berimplikasi
akan adanya berbagai penelitian yang bertujuan untuk membuktikan bahwa manusia
dapat mempelajari pola perilaku dan kemampuan tertentu dengan hasil lebih baik pada
usia tertentu dibandingkan pada tingkat usia tertentu. Kemudian muncul
kelompok-kelompok yang mengharapkan setiap individu bersikap sesuai dengan
tingkat perkembangan ini. Elizabeth B. Hurlock (1997), menyebut harapan ini dengan
“harapan sosial”. Kemudian Elizabeth B. Hurlock (1997), berdasarkan prinsip Tiap-tiap
individu mengikuti pola perkembangan yang umum/relatif sama, menyebut hal
ini juga sebagai prinsip perkembangan dengan sebutan “Pada Setiap Periode
Perkembangan Terdapat Harapan Sosial”.
Gambaran Pola
Perkembangan
Kesadaran akan
gambaran pola perkembangan yang tepat adalah dasar guna memahami anak-anak pada
umumnya, namun sebelumnya juga dibutuhkan pengetahuan tentang penyebab-penyebab
adanya variasi-variasi dalam perkembangan untuk mamahami karakteristik setiap
anak secara pribadi. Pengetahuan, pemahaman , dan kesadaran akan bentuk pola
perkembangan memiliki nilai-nilai ilmiah dan praktis tersendiri antara lain:
Pertama, pengetahuan
tentang pola perkembangan akan banyak membantu dalam mengetahui apa yang dapat
diharapkan pada diri anak usia tertentu dan pada usia berapa pada diri anak muncul
pola perilaku tertentu serta kapan pola-pola yang ada pada diri anak akan
digantikan dengan pola-pola yang lain yang lebih matang. Hal-hal tersebut
sangat penting karena apabila terlalu banyak mengharapkan munculnya pola-pola
tertentu untuk ada pada diri anak hal tersebut malah akan membebani si anak dan
bahkan akan memunculkan perasaan tertekan, minder, atau perasaan tidak mampu
pada diri anak karena mereka tidak mampu mencapai standar yang ditetapkan orang
tua dan guru bagi mereka. Namun apabila terlalu sedikit yang diharapkan maka
hal tersebut justru akan menghilangkan rangsangan dan kesempatan untuk mampu
mengembangkan kemampuannya.
Kedua,
pengetahuan tentang pola perkembangan pada diri anak usia tertentu memungkinkan
untuk dapat disusunnya suatu pedoman-pedoman tertentu seperti dalam bentuk
skala tinggi-berat badan, usia-berat, usia-mental, sosial, dan emosional.
Dikarenakan pola perkembangan yang dialami oleh setiap anak hampir sama, maka
dimungkinkan untuk mengevaluasi setiap anak menurut suatu norma tertentu
menurut usia anak tersebut. Contoh konkret dari hal di atas adalah adanya buku
KMS (Kartu Menuju Sehat) yang digukan untuk memonitor perkembangan anak balita
di Indonesia. Apabila perkembangan yang dicapai seorang anak menunjukkan
kekhasan dengan perkembangan anak pada umumnya pada saat usia yang
berkorespondensi maka anak tersebut mencapai tahap perkembangan yang dapat
dikategorikan normal terhadap norma yang digunakan. Sebaliknya apabila dijumpai
adanya penyimpangan dari pola yang normal maka hal tersebut dapat dianggap
sebagai adanya gangguan perkembangan yang terjadi pada anak. Kemudian dapat
diambil langkah-langkah tertentu untuk mengetahui penyebab dan dan
menghilangkan gangguan-gangguan tersebut. Misalnya, apabila bobot seorang anak
dinilai tidak normal karena berat badannya dianggap kurang untuk anak usia
tersebut maka dapat ditentukan salah satu penyebabnya adalah kekurangan asupan
gizi, untuk menghilangkan gangguan perkembangan dalam hal ini dapat diambil
langkah yakni dengan memberikan makanan-makan bergizi cukup untuk anak
tersebut. Contoh dalam dunia pendidikan adalah pada cara membawakan matematika
pada mata pelajaran yang dimulai dari membawakan matematika dalam bentuk
konkret yang seiring perkembangan yang dialami anak/peserta didik dapat dimulai
tentang pelajaran matematika yang abstrak hal ini esuai dengan teori tentang
Kurikulum Spiral Bruner yang dikemukakan oleh Jerome Bruner.
Ketiga, pengetahuan
mengenai perkembangan yang berhasil membutuhkan bimbingan, maka pengetahuan
tentang pola perkembangan memungkinkan kita sebagai orang tua atau guru untuk
dapat membimbing proses balajar anak pada waktu yang tepat. Misalnya pada
umumnya seorang bayi mulai belajar berjalan pada usia 11 bulan orang tua
sebaiknya memberikan kesempatan dan dorongan kepada anaknya untuk tetap
berusaha karena apabila kesempatan dan dorongan tidak kita berikan malah
menghambat perkembangan yang normal. Hal ini sesuai dengan teori yang
dikemukakan oleh L Vygotsky dalam hal Scaffolding dan ZPD.
Keempat, menurut
Endang Poerwanti dan Nur Widodo (2002), pengetahuan tentang pola normal dalam
tahapan perkembangan tertentu akan dapat dipakai sebagai kriteria untuk
mengenali secara dini perkembangan anak yang mungkin menyimpang dari pola umum.
Kelima, menurut
Elizabeth B. Hurlock (1997),
Pengetahuan tentang
pola normal perkembangan memungkinkan orang tua dan guru untuk sebelumnya
mempersiapkan anak atas perubahan yang terjadi pada tubuh, perhatian, atau
perilakunya. Misalnya, anak dapat disiapkan untuk apa saja yang akan diharapkan darinya apabila mereka masuk sekolah. Meskipun persiapan
psikologis ini tidak akan menghilangkan seluruh ketegangan yang timbul
dari penyesuaian yang radikal, namun hal
itu akan banyak menguranginya.
3.
Prinsip Tempo dan Irama Perkembangan
Elizabeth
B. Hurlock (1997), menyebut prinsip ini dengan “Terdapat Perbedaan Individu
dalam Perkembangan”. Perkembangan memiliki pola yang sama untuk setiap
individu, namun tempo dan irama perkembangan bersifat individual, dalam artian
kecepatan dan urutan perkembangan serta kualitas capaian perkembangan setiap
individu tidaklah sama. Apabila kita tinjau lagi perbedaan ini dimungkinkan
terjadi oleh adanya faktor internal dan eksternal yang mempengaruhi tempo dan
irama perkembangan setiap individu, yakni faktor genetis (internal) dan faktor
lingkungan tempat individu ini tumbuh dan berkembang (eksternal). Selanjutnya
menurut Elizabeth B. Hurlock (1997), menyebutkan bahwa walaupun kecepatan
perkembangan berbeda untuk setiap individu namun setiap individu menunjukkan
konsistensi perkembangannya. Elizabeth B. Hurlock (1997), mencontohkan hal ini
dengan bukti dari fakta yang diambil dari penelitian N. Bayley: On the growth of intelligence yang menunjukkan
adanya konsistensi perkembangan intelegensi setiap anak, yakni anak pada suatu
usia memiliki kecepatan belajar yang lambat,
juga lambat pada suatu usia yang lain dan sebaliknya anak pada suatu
usia memiliki kecepatan belajar yang cepat,
juga cepat pada suatu usia yang lain.
4.
Prinsip interaksi
Interaksi antara
pembawaan dan lingkungan mempengaruhi perkembangan anak. Jadi proses
perkembangan tidak mutlak dipengaruhi oleh pembawaan saja atau lingkungan saja.
Kedua hal tersebut berpengaruh pada perkembangan anak.
Pembawaan adalah suatu konsep yang dipercayai/dikemukakan
oleh orang-orang yang mempercayai adanya potensi dasar manusia yang akan
berkembang sendiri atau berkembang dengan berinteraksi dengan lingkungan. Ada
pula istilah lain yang biasa diidentikkan dengan pembawaan, yakni istilah
keturunan dan bakat. Sebenarnya ketiga istilah tersebut tidaklah persis sama
pengertiannya. Pembawaan ialah seluruh kemungkinan atau potensi yang terdapat
pada suatu individu dan yang selama masa perkembangan benar-benar dapat
diwujudkan. Pembawaan tersebut berupa sifat dan ciri yang biasanya
bersifat fisik atau bisa juga yang bersifat psikis (kejiwaan). Warna rambut,
bentuk mata, dan kemampuan berjalan adalah contoh sifat, ciri, dan kesanggupan
yang bersifat fisik. Sedangkan sifat malas, lekas marah, dan kemampuan memahami
sesuatu dengan cepat adalah sifat-sifat psikis yang mungkin berasal dari
pembawaan.
M. Ngalim Purwanto (Muhammad,2010) menyatakan bahwa yang
dimaksud dengan lingkungan di dalam pendidikan ialah setiap pengaruh yang
terpancar dari orang-orang lain, bintang, alam, kebudayaan, agama,
adat-istiadat, iklim, dsb, terhadap diri manusia yang sedang berkembang.
Pada dasarnya prinsip ini sepaham dengan teori
konvergensi pada perkembangan anak. Paham
konvergensi berpendapat, bahwa di dalam
perembangan individu itu baik dasar atau pembawaan maupun lingkungan memankan
peranan penting. Bakat sebagai kemungkinan telah ada pada masing-masing
individu. Akan tetapi bakat yang sudah tersedia itu perlu menemukan lingkungan
yang sesuai supaya dapat berkembang.(Muhammad,2010)
5.
Prinsip kematangan
Perkembangan
merupakan hasil proses kematangan dan belajar. Berbagai bukti tampaknya
menunjukkan bahwa ciri perkembangan fisik dan mental sebagian berasal dari
proses kematangan intrinsik dan sebagian berasal dari latihan dan usaha individu.
Kematangan
sendiri artinya adalah terbukanya karakteristik yang secara potensial ada pada
individu yang berasal dariwarisan genetik individu(Hurlock,1997:28). Dalam
fungsi filogenetik yaitufungsi umum ras – misalnya merangkak, duduk, dan
berjalan, perkembangan berasal dari proses kematangan. Sesunggguhnya latihan
hanya memberi sedikit keuntungan. Sebaliknya mengendalikan lingkungan dengan
cara mengurangi kesempatan berlatih akan menghalangi perkembangan. Berbeda
dengan fungsi ontogenetik yaitu fungsi khas untuk individu, misalnya berenang,
melempar bola, naik sepeda atau menulis, diperlukan latihan. Tanpa latihan perkembangan tidak akan terjadi.
Kecenderungan yang diwariskan tidak dapat matang sepenuhnya tanpa dukungan
lingkungan.
Sedangkan
belajar adalah perkembangan yang berasal dari latihan dan usaha. Beberapa
proses belajar berasal dari latihan atau tepatnya pengulangan suatu tindakan.
Hal ini pada saatnya nanti menimbulkan perubahan dalam perilaku seseorang.
Belajar dapat terjadi secara imitasi, yaitu seseorang yang secara sadar meniru
apa yang dilakukan orang lain.(Hurlock, 1997)
Kemudian
bagaimana perkembangan dipengaruhi oleh kematangan dan belajar? Betapapun
banyaknya rangsangan yang diterima oleh anak, mereka tidak dapat belajar sampai
perkembangan mereka siap untuk melakukannya. Jadi dalam hal ini pembelajaran butuh
kematangan. Havighurst (Hurlock, 1997) menamakan matangnya kesiapan sebagai
“saat untuk diajar” (teachable moment). Usaha pengajaran akan terbuang
percuma bila dilakukan sebelum saat tersebut dan akan berhasil bila dialakukan
disaat yang tepat.
Mempelajari
bagaimana mengetahui saat yang tepat inilah yang penting bagi orang dewasa,
dalam hal ini pendidik. Menurut Hurlock (Hurlock, 1997) ada tiga kriteria yang
dapat diterapkan untuk mengetahui siap tidaknya seorang anak. Yang pertama
adalah minat belajar, anak- anak menunjukkan minat belajar mereka dengan
keinginan untuk diajar atau belajar sendiri. Yang kedua yaitu minat yang
bertahan, ketika anak telah siap belajar minat mereka tetap walaupun mereka
mengahadapi hambatan dan kesulitan. Dan
yang ketiga adalah kemajuan, dengan berlatih anak yang telah siap belajar akan
menunjukkan kemajuan walapun sedikit dan berangsur angsur.
6. Setiap Proses
Perkembangan Terdapat Hasrat Untuk Mempertahankan dan Mengembangkan diri
Adanya keinginan
untuk makan, minum dan isirahat merupakan keinginan untuk mempertahankan apa
yang sudah ada. Pertahanan tersebut terjadi karena adanya bahaya atau ancaman
yang berpotensi dapat mengubah pola perkembangan. Makanan berpengaruh pada
kesehatan seseorang. Dengan mengkonsumsi makanan yang sehat, ini akan
berpengaruh pada kinerja tubuh dalam melakukan berbagai hal. Sumber kekuatan
yang didapat dari makanan ini juga tidak hanya sebagai alat pertahanan pada
tubuh kita yang sehat, dengan adanya implikasi antara makanan dengan tubuh yang
sehat ini, kita dapat mengembangkan potensi yang kita miliki secara
maksimal. Namun, makanan yang sehat
tidaklah cukup apabila tidak dibarengi dengan istirahat yang cukup pula. Maka
perlu adanya keseimbangan antara asupan yang kita makan dengan istirahat yang
cukup.
Menurut Erikson (Hurlock,1997),Perjuangan
yang tidak terelakkan yang menandai seluruh pertumbuhan dapat menimbulkan
sejumlah bakat yang benar-benar dapat diandalkan atau masalah yang tidak dapat
dijajaki. Sehingga meskipun ketahanan fisik sudah terpenuhi, masih perlu adanya
pertahanan psikis yang juga tidak kalah penting. Bahaya dari lingkungan sosial
yang tidak dapat difilterisasikan maka pertahanan ini masih belum dapat
mempertahankan pola perkembangan yang sudah ada.
Oleh karena itu
peringatan awal adanya kemungkinan bahaya yang berhubungan dengan berbagai
bidang perkembangan merupakan hal yang penting, karena hal itu memungkinkan
mereka yang bertanggung jawab dalam membimbing perkembangan anak, yaitu
tertutama orang tua, untuk siap menangani penyebab bahaya itu, dan sama
pentingnya ialah mengambil langkah yang tepat untuk menghindarkannya. Misalnya pada tahap awal berbicara hampir
semua anak pastinya sangat senang pada saat berbicara, ia akan sering
melafalkan apa yang dia dengar, baik itu merupakan hal baik maupun buruk. Itu
dikarenakan seorang anak tersebut belum
mengerti apa yang dia ucapkan. Oleh karena itu, orang tua dapat menghindari
bahaya berbicara ini dengan memperhatikan dan mengawasi lingkungan sekitar agar
terhindar dari pengaruh buruk.
7. Fungsi psikis tidak timbul secara
berturut-turut, tetapi secara bersamaan
Menulis surat
merupakan kegiatan yang melibatkan fungsi ingatan, fungsi pikiran, fungsi
perasaan, fungsi gerak dan sebagainya secara bersamaan, hanya pada waktu-waktu
tertentu, salah satu fungsi yang kelihatan menonjol, sehingga Nampak secara
berurutan.
8. Perkembangan mengikuti proses diferensiasi
dan integrasi
Dengan
bertambahnya umur, perkembangan anak akan semakin maju pula sehingga terjadi
proses yang disebut diferensiasi dan integrasi.
Contoh, bayi
memiliki gerakan-gerakan yang tidak teratur. Dengan bertambahnya umur,
gerakannya semakin dapat dipisahkan, misalnyantaga saja, dan gerakannya makin
dapat dikoordinasikan, misalnya koordinasi gerakan tangan dan kaki.
Perkembangan
berlangsung dari kemampuan yang bersifat umum menuju kemampuan yang bersifat khusus,
mengikuti proses diferensiasi dan integrasi. Perkembangan dimulai dengan
dikuasainya kemampuan-kemampuan yang bersifat umum, seperti kemampuan memegang
dimulai dengan memegang benda besar dengan kedua tangannya baru kemudian
memegang dengan satu tangan tetapi dengan kelima jarinya. Perkembangan
berikutnya ditunjukkan dengan anak dapat memegang dengan beberapa jarinya.
Dalam
perkembangan terjadi proses diferensiasi atau penguraian ke hal yang
lebih kecil dan terjadi pula proses integrasi. Dalam integrasi ini
beberapa kemampuan khusus/kecil itu bergabung membentuk satu kecakapan atau
keterampilan
Dalam hal
tanggapan mental dan motorik, kegiatan umum selalu mendahului gerakan khusus.
Janin menggerakkan seluruh tubuhnya tetapi tidak mampu melakukan gerakan
khusus. Demikian pula pada bayi. Bayi melambaikan tangannya secara umum,
membuat gerakan acak sebelum ia mampu memberikan tanggapan khusus seperti
menggapai benda yang diletakkan di hadapannya.
Aplikasinya
terhadap pendidikan, contohnya melatih anak menulis. Anak terlebih dahulu
dikenalkan cara menuliskan huruf secara satu per satu sebelum ia mampu
merangkai susunan kata atau kalimat yang benar.
9. Pertumbuhan dan
perkembangan membutuhkan suatu asuhan atau bimbingan yang dilakukan secara
sadar.
Hal ini
disebabkan pertumbuhan dan perkembangan bukan hanya merupakan proses yang
timbul dengan sendirinya, tetapi juga karena pengaruh dari luar. Oleh karena
itu, untuk mencapai perkembangan yang normal, pengaruh ini harus diberikan
secara sadar dan terencana. Apabila pengaruh itu tidak disadari, maka
pertumbuhan dan perkembangan dapat terjadi secara tidak normal. Jadi, orang
harus sadar bahwa pendidikan yang diberikan adalah baik.
Dalam studi
klinis sejak bayi hingga dewasa yang dilakukannya, Erikson menarik kesimpulan
bahwa “masa kanak-kanak merupakan gambaran awal manusia sebagai seorang
manusia, tempat dimana kebaikan dan sifat buruk kita yang tertentu degnan
lambat, tetapi jelas berkembang dan mewujudkan dirinya.” Erikson menerangkan,
apa yang akan dipelajari seorang anak tergantung pada bagaimana orang tua
memenuhi kebutuhan anak akan makanan, perhatian, dan cinta kasih. (Hurlock,1997)
Bertahannya
pola awal perilaku telah diperlihatkan oleh studi dalam berbagai bidang
perkembangan. Studi tentang orang dewasa kreatif telah menunjukkan bahwa sbagai
anak-anak, mereka menunjukkan perhatian dalam permainan imajinatif dan kreatif,
serta berbagai bentuk ekspresi artistik. Sama halnya studi kepribadian telah
menunjukkan bahwa pola awal secara relatif tetap tidak berubah dengan
berjalannya waktu.
Lingkungan
tempat anak hidup selama tahun-tahun pembentukan awal hidupnya mempunyai
pengaruh kuat pada kemampuan bawaan mereka. Karena dasar untuk pola sikap dan
perilaku diletakkan secara dini, yaitu ketika lingkungan itu hampir terbatas
pada rumah dan kontak sosial pada umumnya terdapat di antara anggota keluarga,
dasar ini “tumbuh dari rumah.”
Jadi,
bimbingan paling diperlukan dalam tahapan awal belajar pada saat peletakan
dasar awal. Bila anak sejak awal telah diletakkan di atas rel yang benar dan
didorong untuk tetap disana hingga mereka terbiasa dengannya atau menyadari
mengapa hal itu paling baik, maka kecil kemungkinannya kelak mereka akan
beralih ke rel yang salah.
Dengan
demikian, agar tercapai perkembangan secara normal, maka pengaruh atau
bimbingan perlu diberikan secara sadar dan terencana. Dan pengaruh yang
diberikan pada anak pun harus disadari bahwa pengaruh yang diberikan tersebut,
bimbingan yang diajarkan tersebut, adalah sesuatu yang baik. Karena keluarga terutama
orang tua sangat berperan bagi perkembangan anak, maka orang tua harus sadar
bahwa ada pengalaman atau didikan yang diberikan pada anak adalah sesuatu yang
baik.
Aplikasinya
dalam dunia pendidikan,
Sebagai
contoh, di sekolah, anak dibimbing dan diarahkan guru, yang salah satunya
dengan memberikan mata pelajaran yang ada. Misalnya pada mata pelajaran
pendidikan agama. Anak atau siswa, disitu dibimbing bagaimana siswa dapat
beragama dengan baik dan berperilaku sesuai dengan ajaran-ajaran agama. Dengan
bimbingan yang baik dan dilakukan secara sadar tersebut, maka anak bisa
berkembang secara normal.
Dalam dunia pendidikan,
diberikan kurikulum pembelajaran yang nantinya akan digunakan sebagai acuan
dalam kegiatan belajar. Guru, nantinya yang akan membimbing siswa sedemikian
hingga siswa terarah dan punya konsep berfikir yang baik dan benar sesuai
kurikulum yang ada.
DAFTAR PUSTAKA
Endang Poerwanti, Nur Widodo.
2002. Perkembangan Peserta Didik. Malang: UMM Press.
Hurlock,
Elizabeth B. 1997. Perkembangan Anak. Jakarta: Erlangga.
Rita Eka Izzaty, dkk. 2008. Perkembangan
Peserta Didik. Yogyakarta: UNY Press.
Woody, R.H., La Voie, Joseph
C.,Epss, Susan.1992. School Psychology: A Developmental and Social
Systems Approach. USA: Allyn and Baccon.
Muhammad.2010.Pembawaan dan
Lingkungan. terdia online :
tepolngo2.blogspot.com/2010/6/pembawaan-dan-lingkungan.html .Diakses tanggal 1
Maret 2011 pukul 19.34
No comments:
Post a Comment