Animated Text

Thursday 21 April 2011

PSIKOLOGI PEMBELAJARAN

 
 PSIKOLOGI PEMBELAJARAN MATEMATIKA PSIKOLOGI PEMBELAJARAN DAVID  PAUL  AUSUBEL

Disusun oleh :
Yeyen Juniasih           (09301241002)
Seto Marsudi              (09301241009)
Eko Pramono Jati       (09301241046)
Rusda Fauziah           (09301241048)


PENDIDIKAN MATEMATIKA SUBSIDI 2009
UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA

DAVID  PAUL  AUSUBEL
David Paul Ausubel lahir pada tanggal 25 Oktober 1918 dan tumbuh besar di Brooklyn, New York. Dia belajar di University of Pennsylvania dan lulus dengan nilai yang sangat baik pada tahun 1939, dengan title sarjana di bidang psikologi. Setelah lulus dari sekolah medis di Middlesex University pada tahun 1943, dia kemudian menyelesaikan masa pelatihannya di Gouveneur Hospital (NY City Department of Hospitals) yang terletak di sudut kota Manhattan.
Karir militernya dimulai di US Public Health Service. Ia ditugaskan di UNRRA (United Nations Relief and Rehabilitation Administration) di Stuttgart, Jerman dimana ia mengabdi untuk para pengungsi. Dia aktif di tiga tempat psikiatris berbeda : US Public Health Service di Kentucky, Buffalo Psychiatric Center, dan Bronx Psychiatric Center. Dia menerima gelar M.A dan Ph.D di bidang Pengembangan Psikologi dari Columbia University. Rangkaian penganugerahan guru besar psikologi juga telah ia sandang dari beberapa universitas ternama : University of Illinois, University of Toronto, dan juga di European Universities di Berne (Swiss), Salesian University di Roma, dan Officer's Training College di Munich (Jerman).
Pada tahun 1973 ia pensiun dari dunia akademis guna mengabdikan seluruh waktunya untuk pelayanan psikiatris. Minat utamanya di psikiatri adalah psiko-patologi umum, pengembangan ego, ketagihan obat, dan psikiatri forensik. Ausubel menulis buku materi untuk psikologi pengembangan dan pendidikan dan buku-buku di topik-topik khusus seperti ketagihan obat, psiko-patologi, dan pengembangan ego, dan lebih dari 150 artikel di jurnal psikologi dan psikiatri. Pada tahun 1973 dia menerima Thorndike Award dari American Psychological Award untuk “Distinguished Psychological Contributions to Education” (Kontribusi yang Berbeda dari Psikologi ke Bidang Pendidikan).
Ausubel pensiun dari kehidupan professionalnya di tahun 1994 pada umur 75 dan mengabdikan sepenuh waktunya untuk menulis. Selama itu dia menghasilkan 4 buku. Ausubel menikah dengan Pearl Leibowitz di tahun 1943 dan dikaruniai 2 orang anak. David Paul Ausubel meninggal pada tanggal 9 Juli 2008.
Teori pembelajaran Ausubel merupakan salah satu dari sekian banyaknya teori pembelajaran yang menjadi dasar dalam cooperative learning. David Paul Ausubel merupakan salah satu tokoh ahli psikologi kognitif yang berpendapat bahwa keberhasilan belajar siswa sangat ditentukan oleh kebermaknaan bahan ajar yang dipelajari. Sebagai pelopor aliran kognitif, David Ausuble mengemukakan teori belajar bermakna (meaningful learning). Belajar bermakna adalah proses mengaitkan dalam informasi baru dengan konsep-konsep yang relevan dan terdapat dalam struktur kognitif seseorang. Pembelajaran bermakna merupakan suatu proses mengaitkan informasi baru pada konsep-konsep relevan yang terdapat dalam  struktur kognitif seseorang. Struktur kognitif ialah fakta-fakta, konsep-konsep, dan generalisasi-generalisasi yang telah disiswai dan diingat siswa Ausubel menggunakan istilah “pengatur lanjut” (advance organizers) dalam penyajian informasi yang dipelajari peserta didik agar belajar menjadi bermakna. Selanjutnya dikatakan bahwa “pengatur lanjut” itu terdiri dari bahan verbal di satu pihak, sebagian lagi merupakan sesuatu yang sudah diketahui peserta didik di pihak lain.

Menurut Ausubel ada dua jenis belajar:
1. Belajar bermakna (meaningful learning)
2. Belajar menghafal (rote learning)
Belajar bermakna adalah suatu proses belajar dimana informasi baru dihubungkan dengan struktur pengertian yang sudah dipunyai seseorang yang sedang belajar .Belajar bermakma terjadi bila pelajar mencoba menghubungkan fenomena baru dengan konsep yang telah ada sebelumnya. Bila konsep yang cocok dengan fenomena baru itu belum ada maka informasi baru tersebut harus dipelajari secara menghafal. Belajar menghafal ini perlu bila seseorang memperoleh informasi baru dalam dunia pengetahuan yang sama sekali tidak berhubungan dengan apa yang ia ketahiu sebelumnya.
Menurut Ausubel belajar dapat diklasifikasikan kedalam dua dimensi. Dimensi pertama berhubungan dengan cara informasi atau materi pelajaran itu disajikan kepada siswa melalui penerimaan atau penemuan. Selanjutnya dimensi kedua menyangkut bagaimana siswa dapat mengaitkan informasi itu pada struktur kognitif yang telah ada. Jika siswa hanya mencoba menghafalkan informasi baru itu tanpa menghubungkan dengan struktur kognitifnya, maka terjadilah belajar dengan hafalan. Sebaliknya jika siswa menghubungkan atau mengaitkan informasi baru itu dengan struktur kognitifnya maka yang terjadi adalah belajar bermakna.
Kondisi- kondisi belajar bermakna sebagai berikut :
1. Menjelaskan hubungan atau relevansi bahan- bahan baru dengan bahan- bahan lama.
2. Lebih dahulu diberikan ide yang paling umum dan kemudian hal- hal yang lebih terperinci.
3. Menunjukkan persamaan dan perbedaan antara bahan baru dengan bahan lama.
4. Mengusahakan agar ide yang telah ada dikuasai sepenuhnya sebelum ide yang baru disajikan.

Selanjutnya dikatakan suatu pembelajaran dikatakan bermakna jika memenuhi prasyarat, yaitu:
1. Materi yang akan dipelajari bermakna secara potensial.
Materi dikatakan bermakna secara potensial jika materi itu mempunyai kebermaknaan secara logis dan gagasan yang relevan harus terdapat dalm struktur kognitif siswa.
2. Anak yang akan belajar harus bertujuan melaksanakan belajar bermakna sehingga anak tersebut mempunyai kesiapan dan niat dalam belajar bermakna.
Berdasarkan pandangannya tentang belajar bermakna, maka David Ausubel mengajukan 4 prinsip pembelajaran , yaitu:

1. Pengatur awal (advance organizer)
Pengatur awal atau bahan pengait dapat digunakan guru dalam membantu mengaitkan konsep lama dengan konsep baru yang lebih tinggi maknanya. Penggunaan pengatur awal tepat dapat meningkatkan pemahaman berbagai macam materi , terutama materi pelajaran yang telah mempunyai struktur yang teratur. Pada saat mengawali pembelajaran dengan prestasi suatu pokok bahasan sebaiknya “pengatur awal” itu digunakan, sehingga pembelajaran akan lebih bermakna.

2. Diferensiasi progresif
Dalam proses belajar bermakna perlu ada pengembangan dan kolaborasi konsep-konsep. Caranya unsur yang paling umum dan inklusif dipekenalkan dahulu kemudian baru yang lebih mendetail, berarti proses pembelajaran dari umum ke khusus.

3. Belajar superordinat
Belajar superordinat adalah proses struktur kognitif yang mengalami petumbuhan ke arah deferensiasi, terjadi sejak perolehan informasi dan diasosiasikan dengan konsep dalam struktur kognitif tersebut. Proses belajar tersebut akan terus berlangsung hingga pada suatu saat ditemukan hal-hal baru. Belajar superordinat akan terjadi bila konsep konsep yang lebih luas dan inklusif.

4. Penyesuaian Integratif
Pada suatu saat siswa kemungkinan akan menghadapi kenyataan bahwa dua atau lebih nama konsep digunakan untuk menyatakan konsep yang sama atau bila nama yang sama diterapkan pada lebih satu konsep. Untuk mengatasi pertentangan kognitif itu, Ausuble mengajukan konsep pembelajaran penyesuaian integratif. Caranya materi pelajaran disusun sedemikian rupa, sehingga guru dapat menggunakan hierarki-hierarki konseptual ke atas dan ke bawah selama informasi disajikan.

Penangkapan (reception learning). Belajar penangkapan pertama kali dikembangkan oleh David Ausubel sebgai jawaban atas ketidakpuasan model belajar diskoveri yang dikembangkan oleh Jerome Bruner. Menurut Ausubel , siswa tidak selalu mengetahui apa yang penting atau relevan untuk dirinya sendiri sehigga mereka memerlukan motivasi eksternal untuk melakukan kerja kognitif dalam mempelajari apa yang telah diajarkan di sekolah. Ausuble menggambarkan model pembelajaran ini dengan nama belajar penangkapan. Para pakar teori belajar penangkapan menyatakan bahwa tugas guru adalah:
a. Menstrukturkan situasi belajar.
b. Memilih materi pembelajaran yang sesuai dengan siswa.
c. Menyajikan materi pembelajaran secara terorganisir yang dimulai dari gagasan

Inti belajar penangkapan yaitu pengajaran ekspositori , yakni pembelajaran sistematik yang direncanakan oleh guru mengenai informasi yang bermakna (meaningful information). Pembelajaran ekspositori itu terdiri dari tiga tahap, yaitu:

1. Penyajian advance organizer
Advance organizer merupakan pernyataan umum yang memperkenalkan bagian-bagian utama yang tercakup dalam urutan pengajaran. Advance organizer berfungsi untuk menghubungkan gagasan yang disajikan di dalam pelajaran dengan informasi yang telah berada didalam pikiran siswa, dan memberikan skema organisasional terhadap informasi yang sangat spesifik yang disajikan.

2. Penyajian materi atau tugas belajar.
Dalam tahap ini, guru menyajikan materi pembelajaran yang baru dengan menggunakan metode ceramah, diskusi, film, atau menyajikan tugas-tugas belajar kepada siswa . Ausubel menekankan tentang pentingnya mempertahankan perhatian siswa, dan juga pentingnya pengorganisasian materi pelajaran yang dikaitkan dengan struktur yang terdapat di dalam advance organizer. Dia menyarankan suatu proses yang disebut dengan diferensiasi progresif, dimana pembelajaran berlangsung setahap demi setahap, dimulai dari konsep umum menuju kepada informasi spesifik, contoh-contoh ilustratif, dan membandingkan antara konsep lama dengan konsep baru.

3. Memperkuat organisasi kognitif.
Ausuble menyarankan bahwa guru mencoba mengikatkan informasi baru ke dalam stuktur yang telah direncanakan di dalam permulaan pelajaran, dengan cara mengingatkan siswa bahwa rincian yang bersifat spesifik itu berkaitan dengan gambaran informasi yang bersifat umum. Pada akhir pembelajaran ini siswa diminta mengajukan pertanyaan pada diri sendiri mengenai tingkat
pemahamannya terhadap pelajaran yang baru dipelajari, menghubungkannya dengan pengetahuan yang telah dimiliki dan pengorganisasian materi pembelajaran sebagaimana yang dideskripsikan didalam advance organizer samping itu juga memberikan pertanyanan kepada siswa dalam rangka menjajagi keluasan pemahaman siswa tentang isi pelajaran.

Empat type belajar menurut Ausubel , yaitu:
1. Belajar dengan penemuan yang bermakna yaitu mengaitkan pengetahuan yang telah dimilikinya dengan materi pelajaran yang dipelajari itu. Atau sebaliknya, siswa terlebih dahulu menemukan pengetahuannya dari apa yang ia pelajari kemudian pengetahuan baru tersebut ia kaitkan dengan pengetahuan yang sudah ada.
2. Belajar dengan penemuan yang tidak bermakna yaitu pelajaran yang dipelajari ditemukan sendiri oleh siswa tanpa mengaitkan pengetahuan yang telah dimilikinya, kemudian dia hafalkan.
3. Belajar menerima (ekspositori) yang bermakna yaitu materi pelajaran yang telah tersusun secara logis disampaikan kepada siswa sampai bentuk akhir, kemudian pengetahuan yang baru ia peroleh itu dikaitkan dengan pengetahuan lain yang telah dimiliki.
4. Belajar menerima (ekspositori) yang tidak bermakna yaitu materi pelajaran yang telah tersusun secara logis disampaikan kepada siswa sampai bentuk akhir , kemudian pengetahuan yang baru ia peroleh itu dihafalkan tanpa mengaitkannya dengan pengetahuan lain yang telah ia miliki.
Pernahkah Anda mendapatkan seorang anak SD yang mengetahui “2 + 2 = 4” tapi tidak mengetahui alasan mengapa bisa dikatakan 2 ditambah 2 hasilnya adalah 4 ? Ketika ia ditanya tentang “2 + 5” atau “2 + 6” ia akan semakin kebingungan. Ia akan menjawab, “Gurunya belum ngasih tahu lagi lanjutannya.” Contoh lain ialah ketika beberapa siswa sekolah menengah yang mampu menyebutkan rumus suku ke-n dari barisan aritmetika dengan lancar namun ia tidak mengetahui arti lambang-lambang tersebut dan tidak dapat menggunakannya. Cara belajar dengan membeo seperti yang telah dilakukan oleh anak SD dan siswa menengah tadi disebut dengan metode belajar hafalan (role learning) oleh David P. Ausubel sebagaimana pernyataannya berikut: “…if the learner’s intention is to memorise it verbatim, i,e., as a series of arbitrarily related word, both the learning process and the learning outcome must necessarily be rote and meaningless.” Artinya, jika seseorang, contohnya siswa tadi, berkeinginan untuk mempelajari sesuatu tanpa mengaitkan hal satu dengan hal yang lain yang sudah diketahuinya maka baik proses maupun hasil pembelajarannya dapat dinyatakan sebagai hafalan dan tidak akan bermakna sama sekali baginya.
Kelemahan lain dari belajar hafalan ialah ia berkemungkinan besar tidak dapat menjawab soal baru lainnya. Karena materi matematika bukanlah suatu pengetahuan yang terpisah-terpisah namun merupakan suatu pengetahuan yang utuh dan saling berkaitan antara satu dengan yang lainnya, maka setiap siswa harus menguasai beberapa konsep dan keterampilan dasar terlebih dahulu. Setelah itu, si anak harus mampu mengaitkan antara pengetahuan yang baru dengan pengetahuan yang sudah dipunyainya agar terjadi suatu proses pembelajaran bermakna (meaningful learning). Karenanya, Ausubel menyatakan hal berikut: “if I had to reduce all of educational psychology to just one principle, I would say this: The most important single factor influencing learning is what the learner’s already knows. Ascertain this and teach him accordingly.” Jelaslah bahwa pengetahuan yang sudah dimiliki siswa akan sangat menentukan bermakna tidaknya sebuah proses pembelajaran. Belajar hafalan (rote learning) akan terjadi jika para siswa tidak mampu mengaitkan pengetahuan yang baru dengan pengetahuan yang lama. Tugas gurulah untuk memberi kemudahan bagi para siswanya sehingga mereka dapat dengan mudah mengaitkan pengalaman atau pengetahuan barunya dengan pengetahuan yang relevan atau yang sudah ada di dalam pikirannya atau dalam struktur kognitifnya.

DAFTAR PUSTAKA

Sugihartono dkk 2007. Psikologi Pendidikan.  Yogyakarta : UNY Press.
http://www.opencontent.org/wiki/index.php?title=David_Ausubel. Diakses tanggal 16 Oktober 2010 pada pukul  15.59 WIB.
http://www.davidausubel.org/index.html. Diakses tanggal 16 Oktober 2010 pada pukul  15.53 WIB.
http://en.wikipedia.org/wiki/David_Ausubel. Diakses tanggal 16 Oktober 2010 pada pukul  15.02 WIB.
http://fisikaumm.blogspot.com/2009/01/psikologi-pembelajaran-kognitif.html. Diakses tanggal 16 Oktober 2010 pada pukul  15.37 WIB.
http://id.shvoong.com/exact-sciences/1959737-teori-belajar-ausubel/. Diakses tanggal 16 Oktober 2010 pada pukul  15.40 WIB.

No comments:

Post a Comment