Pengajaran Remedial
Oleh : Latif Kurniawan
BAB I
Oleh : Latif Kurniawan
NIM : 09301241042
Prodi : Pendidikan Matematika Sub 09 UNY
BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Dalam proses pembelajaran di sekolah, belajar
merupakan kegiatan utama bagi peserta didik. Peserta didik sebagai manusia
dapat memiliki perbedaan dalam kemampuan, bakat, minat, motivasi, watak,
ketahanan,semangat, dan sebagainya (Dwi Siswoyo, dkk., 2008:21). Kenyataan yang
terjadi adalah bahwa tidak semua peserta didik mampu melaksanakan kegiatan
belajarnya dengan baik yang mengakibatkan hasil belajarnya kurang memuaskan.
Hal tersebut lebih dikenal dengan batasan-batasan pendidikan pada peserta
didik. Beberapa kesulitan dalam belajar
yang banyak dialami peserta didik antara lain kurang mampu menyerap bahan
pelajaran dengan baik, kurang dapat berkonsentrasi dalam belajar, kurang
berhasil dalam mengerjakan tes, dan sebagainya. Bagi peserta didik yang
mengalami kesulitan belajar sehingga prestasi belajarnya rendah, maka guru
maupun tenaga pendidik sebagai personil yang bertanggung jawab terhadap
keberhasilan peserta didik, harus memberikan layanan bimbingan belajar dengan
baik dan dapat mengatasi kesulitan belajar peserta didiknya.
Sebagai langkah awal pemberian layanan bimbingan
belajar hendaknya seorang guru atau tenaga pendidik mengenal kemampuan anak
didiknya dengan melakukan observasi. Misalnya, observasi terhadap para peserta
didik sewaktu mengikuti suatu pelajaran. Sebagian besar peserta didik telah
mampu dan mengerti pelajaran yang disampaikan namun sebagian lagi masih kurang
lancar dalam menangkap pelajaran yang disampaikan atau mengalami kesulitan
dalam menerima pelajaran. Jadi melalui observasi ini kesulitan belajar peserta
didik dapat diketahui dan sekaligus dapat ditafsirkan. Sedangkan langkah
merencanakan dan melaksanakan pengajaran remedial, barulah dapat diketahui
setelah dilakukan evaluasi atau penilaian. Evaluasi diharapkan mampu
mendiaknosa kemampuan peserta didik dan guru atau tenaga pendidik. Pemberian
layanan bimbingan belajar bagi peserta didik yang mengalami kesulitan belajar
lebih dikenal dengan remedial teaching.
BAB
II
PEMBAHASAN
- Pengertian
Dilihat dari arti katanya, remedial berarti bersifat
menyembuhkan, membetulkan, ataupun membuat menjadi baik. Dengan demikian,
pengajaran remedial (remedial teaching)
adalah suatu bentuk pengajaran yang bersifat menyembuhkan atau membetulkan,
atau pengajaran yang membuat menjadi baik. Sifat pengajaran remedial dapat
bersifat kuratif (penyembuhan) dan atau korektif (perbaikan). Jadi pengajaran
remedial merupakan bentuk khusus pengajaran yang bertujuan untuk menyembuhkan
atau memperbaiki proses pembelajaran yang menjadi penghambat atau yang dapat
menimbulkan masalah atau kesulitan dalam belajar bagi peserta didik (Sugihartono.
dkk., 2007:171). Pengajaran remedial juga dapat diartikan sebagai berikut:
“Bentuk pengajaran yang diberikan kepada seorang murid untuk membantu
memecahkan kesulitan belajar yang dihadapinya.” (Djumhur dan Muh. Surya ,
1981:109).
Dalam proses pembelajaran guru akan berhadapan
dengan peserta didik yang memiliki beraneka ragam kemampuan, sehingga guru akan
menghadapi peserta didik yang berhasil mencapai prestasi belajar dengan baik
artinya peserta didik mampu menguasai bahan pelajaran yang disampaikan guru.
Namun di sisi lain ada pula peserta didik yang belum mampu mencapai prestasi
belajar seperti yang diharapkan dalam arti peserta didik belum mampu menguasai
bahan pelajaran secara tuntas. Apabila peserta didik yang tidak mampu menguasai
bahan pelajaran ini dibiarkan saja, maka akan mempengaruhi penguasaan bahan
pelajaran berikutnya, sehingga pembelajaran berikutnya akan semakin banyak mengalami
kesulitan dalam proses pembelajarannya.
Proses pengajaran remedial bersifat lebih khusus
karena disesuaikan dangan jenis dan sifat kesulitan belajar yang dihadapi oleh
peserta didik. Proses bantuan lebih ditekankan pada usaha perbaikan cara-cara
belajar, cara mengajar, penyesuaian materi pelajaran, penyembuhan terhadap
hambatan-hambatan yang dihadapi. Jadi, dalam pengajaran remedial yang
disembuhkan, yang diperbaiki atau yang dibetulkan adalah keseluruhan proses
belajar mengajar yang meliputi cara mengajar, metode mengajar, materi pelajaran,
alat belajar, dan lingkungan yang turut serta mempengaruhi proses belajar
mengajar. Disamping itu, pengajaran remedial memiliki arti terapeutik, artinya proses pengajaran remedial secara langsung
maupun tidak langsung juga menyembuhkan beberapa gangguan atau hambatan
kepribadian yang berkaitan dengan kesulitan dalam belajar.
Menurut Warkitri dkk. (1990), pengajaran remedial
sangat diperlukan dalam proses pembelajaran karena:
1) Tidak
semua peserta didik dapat mencapai hasil belajar sesuai dengan kemampuannya.
Hal ini menunjukkan adanya peserta didik yang mengalami kesulitan belajar.
2) Adanya
kesulitan belajar berarti belum dapat tercapainya perubahan tingkah laku peserta
didik secara bulat sebagai hasil belajar.
3) Untuk
mengatasi kesulitan belajar tersebut diperlukan suatu teknik bimbingan belajar.
Salah satu teknik bimbingan belajar adalah pengajaran remedial.
Dengan demikian dalam pengajaran remedial guru atau tenaga
pendidik harus mampu menciptakan situasi yang memungkinkan peserta didik lebih
mampu mengembangkan dirinya. Dalam arti peserta didik dapat meningkatkan
prestasi belajarnya seoptimal mungkin, sehingga dapat memenuhi kriteria minimal
melalui proses interaksi yang berencana, terorganisasi, dan terkontrol dengan
memperhatikan kondisi peserta didik serta daya dukung sarana dan lingkungannya.
- Tujuan dan Fungsi Pengajaran Remidial
Diselenggarakannya kegiatan remedial teaching itu memiliki maksud dan tujuan, baik dalam arti
luas maupun dalam arti sempit. Dalam arti luas, kegiatan remedial teaching bertujuan memberikan “bantuan” baik berupa
perlakuan pengajaran maupun berupa bimbingan dalam upaya mengatasi kasus-kasus
yang dihadapi para peserta didik. Bantuan yang berupa perlakuan pengajaran
dalam proses belajar-mengajar, misalnya berupa: modul, PPSI, berbagai metode
mengajar dan sebagainya. Sedangkan bantuan yang berupa bimbingan lebih banyak
menekankan kepada kesejahteraan mental peserta didik. Kemudian dalam arti
sempit atau operasional, kegiatan remedial teaching bertujuan untuk memberikan
bantuan yang berupa perlakuan pengajaran kepada peserta didik yang lambat,
sulit, gagal belajar, agar mereka secara tuntas dapat menguasai bahan pelajaran
yang diberikan kepada mereka (Ischak dan Warji, 1987: 34-36).
1)
Tujuan
pengajaran remedial
Tujuan kegiatan remedial secara umum adalah sama
dengan pembelajaran biasa yaitu membantu peserta didik mencapai kompetensi atau
tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan sesuai kurikulum yang berlaku.
Sedangkan secara khusus kegiatan remedial bertujuan untuk membantu peserta
didik yang belum menguasai materi pelajaran melalui kegiatan pembelajaran
tambahan. Melalui kegiatan remedial inilah peserta didik dibantu untuk memahami
dan mengatasi kesulitan belajar yang dihadapinya dengan memperbaiki cara dan
sikap belajarnya, disamping guru sendiri juga memperbaiki cara mengajarnya.
Tegasnya dalam proses belajar-mengajar, program atau
kegiatan perbaikan itu bertujuan untuk membantu para peserta didik yang
mengalami kesulitan belajar, yang dengan bantuan tersebut mereka dapat mencapai
tingkat penguasaan yang ditetapkan (Rachman, 1993: 186).
Pembelajaran
remedial merupakan pemberian perlakuan khusus terhadap peserta didik yang
mengalami hambatan dalam kegiatan belajarnya. Hambatan yang terjadi dapat
berupa kurangnya pengetahuan dan keterampilan prasyarat atau lambat dalam
mecapai kompetensi. Beberapa prinsip yang perlu diperhatikan dalam pembelajaran
remedial sesuai dengan sifatnya sebagai pelayanan khusus antara lain:
a. Adaptif
Setiap peserta didik memiliki keunikan sendiri-sendiri. Oleh karena itu program pembelajaran remedial hendaknya memungkinkan peserta didik untuk belajar sesuai dengan kecepatan, kesempatan, dan gaya belajar masing-masing. Dengan kata lain, pembelajaran remedial harus mengakomodasi perbedaan individual peserta didik.
Setiap peserta didik memiliki keunikan sendiri-sendiri. Oleh karena itu program pembelajaran remedial hendaknya memungkinkan peserta didik untuk belajar sesuai dengan kecepatan, kesempatan, dan gaya belajar masing-masing. Dengan kata lain, pembelajaran remedial harus mengakomodasi perbedaan individual peserta didik.
b. Interaktif
Pembelajaran remedial hendaknya memungkinkan peserta didik untuk secara intensif berinteraksi dengan pendidik dan sumber belajar yang tersedia. Hal ini didasarkan atas pertimbangan bahwa kegiatan belajar peserta didik yang bersifat perbaikan perlu selalu mendapatkan monitoring dan pengawasan agar diketahui kemajuan belajarnya. Jika dijumpai adanya peserta didik yang mengalami kesulitan segera diberikan bantuan.
Pembelajaran remedial hendaknya memungkinkan peserta didik untuk secara intensif berinteraksi dengan pendidik dan sumber belajar yang tersedia. Hal ini didasarkan atas pertimbangan bahwa kegiatan belajar peserta didik yang bersifat perbaikan perlu selalu mendapatkan monitoring dan pengawasan agar diketahui kemajuan belajarnya. Jika dijumpai adanya peserta didik yang mengalami kesulitan segera diberikan bantuan.
c. Fleksibilitas dalam Metode
Pembelajaran dan Penilaian
Sejalan dengan sifat keunikan dan kesulitan belajar peserta didik yang berbeda-beda, maka dalam pembelajaran remedial perlu digunakan berbagai metode mengajar dan metode penilaian yang sesuai dengan karakteristik peserta didik.
Sejalan dengan sifat keunikan dan kesulitan belajar peserta didik yang berbeda-beda, maka dalam pembelajaran remedial perlu digunakan berbagai metode mengajar dan metode penilaian yang sesuai dengan karakteristik peserta didik.
d. Pemberian Umpan Balik Sesegera
Mungkin
Umpan balik berupa informasi yang diberikan kepada peserta didik mengenai kemajuan belajarnya perlu diberikan sesegera mungkin. Umpan balik dapat bersifat korektif maupun konfirmatif. Dengan sesegera mungkin memberikan umpan balik dapat dihindari kekeliruan belajar yang berlarut-larut yang dialami peserta didik.
Umpan balik berupa informasi yang diberikan kepada peserta didik mengenai kemajuan belajarnya perlu diberikan sesegera mungkin. Umpan balik dapat bersifat korektif maupun konfirmatif. Dengan sesegera mungkin memberikan umpan balik dapat dihindari kekeliruan belajar yang berlarut-larut yang dialami peserta didik.
e. Kesinambungan dan Ketersediaan dalam
Pemberian Pelayanan
Program pembelajaran reguler dengan pembelajaran remedial merupakan satu kesatuan, dengan demikian program pembelajaran reguler dengan remedial harus berkesinambungan dan programnya selalu tersedia agar setiap saat peserta didik dapat mengaksesnya sesuai dengan kesempatan masing-masing.
Program pembelajaran reguler dengan pembelajaran remedial merupakan satu kesatuan, dengan demikian program pembelajaran reguler dengan remedial harus berkesinambungan dan programnya selalu tersedia agar setiap saat peserta didik dapat mengaksesnya sesuai dengan kesempatan masing-masing.
(Sidik Purnomo, 2009: <http://kidispur.blogspot.com/2009/01/pembelajaran-remedial.html>
diakses pada 12 Desember 2009, 21:02)
2)
Fungsi
pengajaran remedial
Dalam upaya membantu peserta didik yang mengalami
kesulitan belajar, sebenarnya kegiatan remedial memiliki beberapa fungsi yang
penting bagi keseluruhan proses pembelajaran. Menurut Warkitri, dkk.(1991)
menyebutkan enam fungsi kegiatan remedial dalam hubungannya dengan proses
pembelajaran yaitu:
a. Fungsi
korektif artinya melalui kegiatan remedial guru memperbaiki cara mengajarnya
dan peserta didik memperbaiki cara belajarnya.
b. Fungsi
pemahaman artinya dengan kegiatan remedial akan terjadi proses pemahaman baik
pada diri guru maupun peserta didik (memahami kelebihan ataupun kekurangan guru
dan peserta didik).
c. Penyesuaian
artinya dalam pelaksanaan remedial disesuaikan dengan kesulitan dan
karakteristik individu peserta didik yang mengalami kesulian belajar.
d. Pengayaan
artinya melalui kegiatan remedial guru memanfaatkan sumber belajar, metode
mengajar, dan alat pembelajaran yang lebih bervariasi.
e. Akselerasi
artinya melalui kegiatan remedial guru dapat mempercepat proses penguasaan
materi pelajaran oleh peserta didik.
f. Terapeutik
artinya melalui kegiatan remedial guru dapat membantu mengatasi kesulitan peserta
didik yang berkaitan dengan aspek sosial pribadi karena rendah diri atau
terisolasi dalam pergaulan dengan teman-temannya.
C. Pendekatan
Pengajaran Remedial
1) Pendekatan pencegahan (preventif), dari hasil
Pre-test sebelum memulai pengajaran, seorang guru sudah dapat mendeteksi bahwa
seorang peserta didik mungkin akan mengalami hambatan dalam proses belajarnya.
Hal ini dapat dilakukan dengan upaya mengetahui secara tepat perilaku awal peserta
didik, menggunakan pendekatan multi-media dan multi-metode dalam proses belajar mengajar. Berdasarkan hasil Pre-test tersebut
guru juga akan dapat mengklasifikasikan kemampuan peserta didik kedalam tiga
golongan, yaitu peserta didik yang diperkirakan mempu menyelesaikan program
sesuai waktu yang disediakan, peserta didik yang diperkirakan akan mampu
menyelesaikan program lebih cepat daripada waktu yang ditetapkan, dan peserta
didik yang diperkirakan akan terlambat atau tidak dapat menyelesaikan program
sesuai waktu yang telah ditetapkan (Sugihartono, dkk., 2007: 177).
Sesuai dengan penggolongan tersebut
Sugihartono, dkk. (2007) menjelaskan teknik layanan yang dapat dilakukan antara
lain sebagai berikut:
(a).
Kelompok belajar homogen: Dalam kelompok ini peserta diberi pelajaran, waktu,
dan tes yang sama.
(b).
Layanan Individual: Pengajaran disesuaikan dengan keadaan peserta didik,
sehingga setiap peserta didik mempunyai program tersendiri. Mereka bebas
belajar, tetapi terikat oleh waktu yang telah ditetapkan, kerena mereka harus
mengikuti tes sumatif yang telah ditetapkan.
(c). Layanaan
pengajaran dengan kelas khusus: peserta didik mengikuti program pembelajaran
yang sama dalam satu kelas. Bagi peserta didik yang mengalami kesulitan dalam
bidang tertentu disediakan kelas khusus remedial. Dan bagi yang cepat
belajarnya disediakan paket program pengayaan. Setelah selesai, mereka kembali
ke dalam kelompok semula untuk mengikuti pembelajaran bersama dengan
teman-teman sekelasnya.
2)
Pendekatan kuratif (curative), pendekatan ini diberikan kepada peserta didik yang sudah
nyata mengalami hambatan dalam mengikuti proses belajar mengajar. Gejala yang
terlihat yaitu prestasinya sangat rendah dibandingkan dengan kriteria tingkat
keberhasilan yang ditetapkan.
Pelaksanaan
pendekatan kuratif seperti yang dijelaskan oleh Sugihartono, dkk. (2007) dapat
dilakukan dengan pengulangan, pengayaan, dan pengukuhan, serta percepatan.
Menurut Sugihartono, dkk. (2007):
a).
Pengulangan (repetition), dapat dilakukan setiap akhir jam
pertemuan, akhir unit pelajaran atau setiap pokok bahasan. Pelaksanaannya
secara individual maupun kelompok yang dapat diatur sebagai berikut:
Apabila hampir seluruh peserta didik
mengalami kesulitan yang sama, pengulangan dapat dilakukan pada jam pertemuan
kelas biasa dengan cara menerangkan
kembali bahan pelajaran dengan lebih jelas, atau dengan memberikan
latihan-latihan soal, yang selanjutnya diadakan evaluasi lagi untuk mengetahui
peningkatannya.
Apabila yang mengalami kesulitan
belajar hanya sebagian kecil dari seluruh peserta didik, pengulangan dapat
dilakukan pada jam pelajaran tambahan (jam tertentu), atau dapat pula dengan
cara memberikan pekerjaan rumah dan nantinya diperiksa oleh guru.
Disamping itu diadakan kelas
remedial bagi peserta didik yang mengalami kesulitan belajar dengan dibimbing
oleh guru bidang studi sampai peserta didik mencapai tingkat penguasaan
tertentu, yang selanjutnya digabung kambali dengan teman-teman di kelasnya.
b). Pengayaan dan pengukuhan (enrichment and reinforcement):
Layanan pengayaan ditujukan kepada
peserta didik yang memiliki kelemahan ringan dan secara akademik mungkin
peserta didik tersebut cerdas. Program pengayaan ini dapat dilakukan dengan
memberikan tugas rumah atau tugas yang dikerjakan di kelas pada saat pelajaran
berlangsung.
c). Percepatan (acceleration):
Layanan percepatan ini diberikan kepada
peserta didik yang berbakat tetapi menunjukkan kesulitan psikososial.
Pelaksanaan percepatan, bagi peserta didik yang berbakat dapat dinaikkan pada
kelas yang lebih tinggi sesuai dengan kemampuannya, tetapi status atau tingkat
kelasnya tetap sama dengan teman-teman seangkatannya.
3) Pendekatan
perkembangan (development), pendekatan ini menuntut guru untuk memonitor
terus-menerus kegiatan peserta didik dalam proses belajar mengajar berlangsung.
Setiap ada hambatan segera dan secara terus-menerus. Sehingga dengan demikian
guru senantiasa mengikuti perkembangan pada peserta didiknya secara sistematis.
- Metode Pengajaran Remedial
Metode
pengajaran remedial merupakan metode yang dilaksanakan dalam keseluruhan
kegiatan bimbingan kesulitan belajar mulai dari langkah identifikasi kasus
sampai dengan langkah-langkah lanjut. Metode yang dapat digunakaan dalam
pelaksanaan pengajaran remedial yaitu:
1) Metode pemberian tugas: dalam
pelaksanaan metode ini, peserta didik yang mengalami kesulitan belajar diberi
tugas atau kegiatan yang harus dikerjakan secara individu maupun kelompok.
Jenis dan sifat tugas yang diberikan tentunya harus disesuaikan dengan kondisi
kesulitan belajar yang tengah dihadapi peserta didik. Sifat tugas yang
diberikanpun tentunya harus dirancang secara baik dan terarah, terdapat
petunjuk pengerjaan, dan petokan penilaian. Hal tersebut bertujuan agar
penilaian dapat dilakukan dengan lebih cermat dan teliti yang nantinya kemajuan
yang dicapai peserta didik dapat terpantau.
Dengan metode ini diharapkan peserta didik lebih mengetahui dan memahami
keadaan dirinya, dapat memperluas bahan yang dipelajari, serta dapat
memperbaiki cara belajarnya.
2) Metode diskusi
Diskusi adalah
suatu bentuk interaksi antarindividu dalam kelompok untuk membahas suatu
masalah (Sugihartono, dkk., 2007: 179). Metode diskusi digunakan untuk
memperbaiki kesulitan belajar peserta didik melalui interaksi antarindividu
dalam kelompok. Di dalam kelompok tersebut diharapkan peserta didik saling
membantu dalam mengenal dirinya, kesulitan yang tengah dialami, memecahkan
masalah, mengembangkan kerjasama antar-pribadi, menumbuhkan rasa percaya diri,
dan memupuk rasa tanggung jawab.
3) Metode tanya jawab
Tanya
jawab dalam pengajaran remedial dilakukan dalam bentuk dialog antara guru
dengan peserta didik yang mengalami kesulitan belajar. Suasana tanya jawab
hendaknya diusahakan agar menyenangkan, terbuka, penuh pemahaman, dan
menggunakan tanya jawab yang bersufat terapeutik. Metode ini memiliki banyak
kelebihan diantaranya: terciptanya hubungan yang akrab antara guru dan peserta
didik, meningkatnya pemahaman diri bagi peserta didik, meningkatnya motivasi,
dan menumbuhkan rasa percaya diri peserta didik.
4) Metode kerja kelompok
Dengan
metode ini diharapkan terjadi interaksi diantara anggota kelompok saat
pengajaran remedial berlangsung. Anggota kelompok inipun sebaiknya bersifat
heterogen yaitu dalam suatu kelompok harus terdiri dari pria dan wanita, atau
peserta didik yang mengalami kesulitan dan peserta didik yang tidak mengalami
kesulitan belajar. Metode kerja kelompok ini dapat meningkatkan pemahaman diri
masing-masing anggota, minat belajar, dan rasa tanggung jawab peserta didik.
5) Metode tutor sebaya
Tutor
sebaya ialah peserta didik yang sengaja ditunjuk untuk membantu peserta didik
lain dikelasnya yang mengalami kesulitan belajar. Peserta didik yang ditunjuk
sebagai tutor sebaya harus memiliki kemampuan akademik dan penguasaan materi
pelajaran, dan mempunyai keterampilan dalam membantu orang lain. Karena itu
dalam menunjuk peserta didik yang akan dijadikan tutor sebaya perlu
mempertimbangkan hal-hal seperti:
(1). Telah mendapat persetujuan dari peserta didik yang
mengikuti program remedial, sehingga peserta didik tidak merasa malu bertanya
kepada tutornya.
(2). Memiliki prestasi akademik yang baik, kreatif, dan
mampu menerangkan bahan perbaikan yang diperlukan oleh peserta didik yang
mengikuti program remedial.
(3). Tidak sombong, penyabar, telaten, hubungan sosial
bagus, tidak pelit, dan suka menolong.
6) Metode pengajaran individual
Metode
ini sangat intensif karena pelayanan yang diberikan disesuaikan dengan kesulitan
dan kemampuan peserta didik. Berbeda dengan metode-metode yang lain metode ini
hanya melibatkan seorang guru dan seorang peserta didik yang mengalami
kesulitan belajar. Karena metode ini hanya melibatkan seorang guru dan seorang
peserta didik serta sifatnya yang intensif maka pelayanan pembelajarannya akan
berbeda antara peserta didik yang satu dengan yang lain. Oleh karena itu guru
dituntut untuk lebih sabar, telaten, memahami kondisi peserta didiknya,
bertanggung jawab, memiliki wawasan luas terhadap permasalahan belajar peserta
didik. Disamping itu guru harus memiliki sikap menerima kondisi peserta didik,
kemampuan membimbing peserta didik, dan memiliki kemampuan menciptakan suasana
hubungan yang baik dengan peserta didik dalam proses pengajaran remedial.
- Pelaksanaan Pengajaran Remedial
1. Menelaah
Kembali Kasus dan Permasalahannya
Secara lebih jelas analisis ini
merupakan kegiatan pengecekan atau penelitian kembali terhadap beberapa hal
sebagai berikut :
1) kebenaran dan kelengkapan data yang mendukung
pernyataan tentang karakteristik kasus serta permasalahannya.
2) Relevansi antara tafsiran dan simpulan dengan
data pendukungnya serta konsistensi antara berbagai data satu sama lain.
3) Ketepatan prakiraan berdasarkan hasil
diagnosis yang didukung oleh data yang relevan.
4) Visibilitas
dari setiap alternatif pengajaran remedial yang direkomendasikan.
2. Menentukan
Alternatif Pilihan Tindakan
Berdasar temuan dan uraian yang telah
dilakukan pada langkah pertama, akan diperoleh simpulan mengenai hal pokok,
yaitu :
karakteristik khusus yang akan
ditangani secara umum dapat dikategorikan pada salah satu dari tiga
kemungkinan, yaitu :
a. kasus yang
bersangkutan dapat disimpulkan hanya memiliki kesulitan dalam menemukan dan
mengembangkan pola strategi, metode, atau teknik belajar yang sesuai, efektif, dan efisien.
b. kasus yang
bersangkutan dapat disimpulkan disamping memiliki kesulitan dalam mengembangkan
dalam menemukan dan mengembangkan pola strategi, metode atau teknik belajar
yang sesuai, efektif, dan efisien itu, juga dihadapkan pada hambatan
ego-emosional, potensial-fungsional, sosial-psikologis dalam penyesuaian dengan
dirinya dan lingkungan.
c. kasus yang
bersangkutan dapat disimpulkan telah memiliki kecenderungan ke arah kemampuan
menemukan dan mengembangkan pola-pola strategi, metode atau teknik belajar yang
sesuai, efektif, dan efisien, namun terhambat oleh kondisi ego-emosional,
potensial-fungsional, sosial-psikologis, dan faktor instrumental-environmental
lainnya.
Sebagai dasar pertimbangan yang
fundamental dalam proses pengambilan keputusan ini, antara lain beberapa
prinsip berikut :
1) Efektifitas, dalam artian
lebih mampu untuk mencapai tujuan pengajaran remedial yang diharapkan.
2) Efisiensi, dalam arti
lebih memerlukan usaha dan pengorbanan serta fasilitas seminimal mungkin dengan
hasil yang diharapkan semaksimal mungkin.
3) Keserasian, dalam arti
keseuaian dengan :
- jenis karakteristik, intensitas, dan
latar belakang permasalannya,
- jumlah, jenis, dan sifat kepribadian
khusus,
- tingkat penguasaaan teori, kemahiran
praktek, dan sifat kepribadian guru yang akan menanganinya,
- kesediaan daya dukung fasilitas teknik yang diperlukan,
- kesediaan daya dukung sarana penunjang / lingkungan yagn
diperlukan,
- waktu dan kesempatan yang tersedia pada
pihak-pihak yang bersangkutan.
3. Layanan
Bimbingan dan Konseling / Psikoterapi
Dalam prakteknya,
langkah ini mungkin sampai batasan tertentu yang masih ditangani guru sendiri
(bagi yang sudah berpengalaman), namun mungkin sesekali dibantu oleh pihak lain
(petugas BK, wali kelas, psikolog, dokter, dll.).
Diantara sekian
banyak masalah yang masih dapat
ditangani oleh guru pada umumnya antara lain:
1) Kasus
kesulitan belajar dengan latar belakang kurangnya minat dan motivasi belajar,
cara untuk mengatasinya menurut Woodworth
dan Marquis, 1957: 331-338 (seperti
yang dikutip dalam http://teknik-mesin06.blogspot.com/2009/01/prosedur-pengajaran-remedial.html, diakses pada 13
Desember 2009,
10:35), antara lain :
- Hindari saran
dan pernyataan negatif yang dapat mlemahkan motivasi belajar peserta didik,
- Ciptakan
situasi kompetitif sesama peserta didik yang sehat,
- Brikan
dorongan pada peserta didik dengan memberikan informasi yang telah dicapainya
dari waktu ke waktu,
- Berikan
kesempatan pada peserta didik untuk mendiskusikan aspirasinya secara rasional,
- Berikan
pujian pada peserta didik agar dia bersemangat,
- Berikan
sanksi atau hukuman atas kelalaian dengan bijak dan adil,
- Tunjukkan
manfaat dari pelajaran bagi peserta didik baik untuk satt ini maupun nanti.
2) Kasus
kesulitan belajar dengan latar belakang sikap negatif terhadap guru, pelajaran,
dan situasi belajar. Cara untuk mengatasinya antara lain :
- ciptakan
iklim
atau suasana sosial yang sehat dalam kelas,
- menciptakan hubungan yang akrab
antara guru dengan pesrerta didik dan antara peserta didik dengan peserta didik
lainnya,
- berikan
kesempatan memperoleh pengalaman yang menyenangkan bagi peserta didik, meskipun dengan
prestasi yang minim.
3) Kasus
kesulitan belajar dengan latar belakang kebiasaan belajar yang salah, cara
untuk mengatasinya antara lain :
- menunjukkan akibat dari kebiasaan buruknya terhadap prestasi
belajar,
- berikan
kesempatan masa transisi untuk berlatih dengan pola kebiasaan baru dan
meninggalkan kebiasaan lama yang salah.
4) Kasus
kesulitan belajar dengan latar belakang ketidakcocokan antara pribadi dan program studinya dengan
lingkungan, cara untuk mengatasinya antara lain :
- memberikan layanan informasi
dalam pemilihan bidang studi, prospek dari program studi yang dipilih dan teknik belajar rasional,
- diskusi atau
kerja kelompok,
- proyek
kegiatan bersama di kelas, karyawisata, dsb.
Sebagai indikator atas keberhasilan cara – cara diatas Robinson 1950: 96 (seperti
yang dikutip dalam http://teknik-mesin06.blogspot.com/2009/01/prosedur-pengajaran-remedial.html, diakses pada 13 Desember 2009,
10:35), menyatakan :
- menunjukkan
minat untuk mencari pemecahan masalah yang dihadapinya,
- bersedia
untuk bekerja sama dengan pihak lain (guru, BK, dsb.) untuk membantu memecahkan
masalahnya,
- mulai
bersikap terbuka,
- mulai tampak
kemampuan menyadari masalahnya secara realitas,
- mulai tampak kemampuan untuk memilah,
menimbang, mengembangkan, dan memilih alternatif pemecahan masalahnya,
- menunjukkan
kesediaan dan kesanggupan untuk melakukan alternatif tindakan lebih lanjut yang
dipilihnya.
4. Melaksanakan
Pengajaran Remedial
Seperti yang
telah dijelaskan, sasaran pokok dari setiap pengajaran remedial ini adalah
tercapainya prestasi dan kemampuan kemampuan peserta didik dalam menyesuaikan diri sesuai dengan
kriteria keberhasilan yang ditetapkan.
5. Mengadakan
Pengukuran Prestasi Belajar Kembali
Setelah pengajaran remedial selesai, selanjutnya dilihat ada
tidaknya perubahan pada diri peserta didik. Oleh karena itu perlu dilakukan
pengukuran kembali, hasil pengukuran ini diharapkan memberikan informasi
terhadap perkembangan peserta didik, baik kuantitif maupun kualitatif. Adapun cara
yang digunakan sebaiknya sama dengan post-test atau tes sumatif dari proses kegiatan belajar
mengajar.
6. Mengadakan
Re-Evaluasi dan Re-Diagnostik
Hasil dari
pengukuran tersebut hendaknya perlu dipertimbangkan lagi dengan menggunakan
cara dan kriteria untuk proses belajar mengajar yang sesungguhnya.
Hasil dari
pertimbangan tersebut akan
melahirkan tiga kemungkinan, yaitu :
1) Peserta didik menunjukkan
peningkatan prestasi dan penyesuaian diri dalam mencapai kriteria keberhasilan minimum seperti yang diharapkan.
2) Peserta didik menunjukkan
peningkatan prestasi dan kemampuan penyesuaian diri, namun belum sepenuhnya mencapai
keberhasilan yang diharapkan.
3) Peserta didik belum
meunjukkan perubahan yang
berarti,
baik dalam prestasinya maupun kemampuan penyesuaian dirinya.
7. Remedial
Pengayaan atau Pengukuhan (Tambahan)
Langkah ini
bersifat kondisional, sasaran pokok langkah ini adalah agar hasil remedial itu
lebih sempurna dengan diadakan pengayaan (enrichment) dan pengukuhan (reinforcement).
Berbagai bentuk cara dan instrument dapat digunakan, misalnya: dengan
penguasaan untuk pemecahan soal tertentu, pengajaran proyek kecil tertentu,
dsb. Hasilnya harus dilaporkan kembali pada guru untuk dinilai seperunya
sebelum selesai atau diperkenankan melanjutkan ke program proses belajar
mengajar selanjutnya.
BAB III
KESIMPULAN
Peserta didik memiliki kemampuan dan karakteristik yang
berbeda-beda. Sesuai dengan kemampuan dan karakteristik yang berbeda-beda
tersebut maka permasalahan yang dihadapi berbeda-beda pula. Dalam melaksanakan
pembelajaran, pendidik perlu tanggap terhadap kesulitan yang dihadapi peserta
didik.
Dalam rangka pelaksanaan pembelajaran berbasis kompetensi
dan pembelajaran tuntas, peserta didik yang gagal mencapai tingkat pencapaian
kompetensi yang telah ditentukan perlu diberikan pembelajaran remedial.
Beberapa prinsip yang perlu diperhatikan dalam pemberian pembelajaran remedial
antara lain adaptif, interaktif, fleksibel, pemberian umpan balik, dan
kesinambungan program sepanjang waktu.
Sebelum memberikan pembelajaran remedial, terlebih dahulu
pendidik perlu melaksanakan diagnosis terhadap kesulitan belajar peserta didik.
Setelah diketahui kesulitan belajarnya, peserta didik diberikan pembelajaran
remedial. Banyak teknik dapat digunakan, misalnya dengan pemberian tugas, diskusi, tanya jawab,
kerja kelompok, dan sebagainya.
Dalam pelaksanaan
pengajaran remedial guru perlu melaksanakan hal-hal seperti menelaah kembali kasus dan permasalahan yang dihadapi peserta didik,
menentukan alternatif pilihan tindakan yang akan diberikan, pemberian layanan
bimbingan dan konseling / psikoterapi, dan sebagainya. Baru setelah itu
guru dapat melakukan tes ulang. Tes ulang diberikan
kepada peserta didik yang telah mengikuti program pembelajaran remedial agar
dapat diketahui apakah peserta didik telah mencapai ketuntasan dalam penguasaan
kompetensi yang telah ditetapkan dan nilai hasil tes ulang tidak melebihi batas
Kriteria Ketuntasan Minimal.
DAFTAR PUSTAKA
Abror, Abd. Rachman. 1993. Psikologi PendidikanI. Yogyakarta:
Tiara Wacana
Djumhur dan Muh Surya. 1982. Bimbingan dan Penyuluhan di Sekolah
(Guidance & Counseling). Bandung:
CV. Ilmu
Ischak, A.W. dan Warji R. 1987. Program Remedial dalam Proses Belajar
Mengajar. Yogyakarta: Liberty
Makmun, Abin Syamsudin. 2007. Psikologi Kependidikan. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya
Sa’ud, Udin Saefudin. 2008. Inovasi Pendidikan. Bandung:
Alfabeta
Siswoyo, Dwi. dkk. 2008. Ilmu Pendidikan. Yogyakarta: UNY Press
Sugihartono. dkk.. 2007. Psikologi Pendidikan. Yogyakarta:
UNY Press
Usman, Muh. Uzir dan Lilis
Setiawati. 1993. Upaya Optimalisasi
Kegiatan Belajar Mengajar. Bandung:
PT. Remaja Rosdakarya
Warkitri dkk. 1990. Penilaian Pencapaian Hasil Belajar. Jakarta:
Karunika UT
Sidik
Purnomo. 2009. Pembelajaran Remedial.:
<http://kidispur.blogspot.com/2009/01/pembelajaran-remedial.html>
diakses pada 12 Desember 2009, 21:02
Ardianto, Fefen Dwi. 2009. Prosedur Pengajaran Remedial. <http://teknik-mesin06.blogspot.com/2009/01/prosedur-pengajaran-remedial.html>
diakses pada 13 Desember 2009, 10:35
No comments:
Post a Comment